Di bawah jembatan Barelang mengalir laut biru
kata-kata yang urung kuucapkan kepadamu saat itu
jatuh, dan hanyut terbawa arusnya yang deras
dan tak kutemukan di pantainya
Â
Tak ingin kukenang dirimu yang hilang
meski malam sunyi datang, jam dinding berdentang
meradang, bagaikan ombak yang menerjang
Â
Di bawah jembatan Barelang mengalir laut biru
pompong hilir mudik berlalu, dan kita duduk termangu
otot-otot baja yang menggenggam jembatan bergetar
tak kuasa menahan beban dan hempasan angin
Â
Tak ingin kukenang dirimu yang hilang
meski pompong silih berganti datang, mengundang
mengajak bertandang ke Sembulang yang terbang
Â
Di bawah jembatan Barelang mengalir laut biru
cinta yang mengalir lewat hembusan angin dan ombak
alur abadi yang menyinggahi pulau-pulau
di pulau Galang aku terdampar bagai pengungsi Vietnam
Â
*****
Batam, 2016.
Â
Catatan: Puisi ini partama kali dipublikasi (dimuat) di Jembia, Batam Pos (28/2/2016)
Â
Â
Â
Sumber Ilustrasi:
 [caption caption="Sumber Ilustrasi: http://1.bp.blogspot.com/-fdj5F8GD54M/UnZOWcPl0GI/AAAAAAAAG_E/yScubB0k2vw/s1600/jembatan+barelang2.jpg"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H