anak-anak hujan berkejaran menyapu wajah senja kita
dedaunan kering berjatuhan dalam haru birunya musim
bumi yang redam dalam takdir basah bulan di Februari
bagaikan angsa berenang-renang di tengah danau sunyi
Â
terhampar lembah bukit dan ngarai yang menghijau tua
kecipak air danau, suara ikan gabus menyergap mangsanya
teratai merah mekar bagai kegembiraan menyambut Imlek
kudengar nyanyimu mengalun di tepian danau di senja sepi
Â
engkau yang datang berlari dengan riang dan lincahnya
serupa bidadari kecil yang baru turun dari ujung pelangi
jelita matamu, indah, mengerling lucu ke arah sekitarnya
amoi amoi keciku kue apakah yang kau bawakan hari ini
Â
pepohon bambu melambai , menyapa angin basah berlalu
gemerisik reranting cemara menghias keheningan senja ini
matamu menatap bening, sorot kejernihan yang memancar
tenggelamkan anganku di pesona teratai merah milik jiwamu
Â
amoi amoi kecilku nyanyikanlah dengan riang lagu di hatimu
bangunkan seisi danau ini dengan alunan indah suara jiwamu
lihatlah betapa bebunga merunduk dan ikan-ikan pun terdiam
menetes air matamu, teringat luka yang belum terhapus waktu
Â
******
 Batam, 2016.
Â
Sumber Ilustrasi:
Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H