Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aroma Dendam di Secangkir Kopi

8 Februari 2016   21:06 Diperbarui: 8 Februari 2016   21:25 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sebuah teka teki pembunuhan belum terpecahkan

manusia menyembunyikan hati dan perbuatannya

orang-orang sibuk mencari tahu siapakah pelakunya

telunjuk menuding sementara matanya terdinding

 

seekor cecak merayap di dinding dalam sebuah kafe

matanya menyaksikan aneka ragam tingkah manusia

dia yang jahat dan yang culas yang jadi pemenangnya

yang diam yang berbuat, dia yang ribut yang ketakutan

 

api dendam, terus menyala sejak ribuan tahun yang lalu

menjadi sebab musabab peperangan dan pembunuhan

tiadalah ia serupa nyala bara api dengan tanda asapnya

tiada pula serupa hasrat hewani yang tak berkesampaian

 

dalam kegelapan hidup semuanya bisa jadi pembunuh

bara dendam di dada, tiadalah ia laku yang berkesudahan

kemarin menang sekarang berduka, esok lusa sebaliknya

tiadalah damai di hati atas setiap dendam yang dipelihara

 

******

Batam, 2016.

Sumber Ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun