Murni dinyatakan meninggal karena keracunan sianida. Berhubung gejala awal kejang-kejang dan tak sadarkan diri itu terjadi di Kafe “Kenthirer Dodol” mau tak mau semuanya menyoroti ke sana. Dalam hitungan jam berita tentang kematian Murni itu menyebar di media jejaring sosial. Saat polisi datang malam itu CintaWP sempat membuka internet lewat hand phonenya. CintaWP kaget ternyata berita itu telah bermunculan di Facebook dan Twitter, dan ada juga beberapa media mainstream yang telah memuat beritanya.
Juragan kafe Kenthirer Dodol (KD) tiba-tiba muncul di kafe. Hari telah menjelang tengah malam. Kafe terlihat agak sepi. CintaWP terlihat sibuk di ruang kerjanya. Tanpa mengetuk pintu lagi KD langsung menyelonong masuk. “Cintaaa….bagaimana ceritanya kok bisa ada yang terbunuh gegara meminum kopi Gayo (Aceh) di kafe kita?” ujarnya terlihat cemas.
CintaWP terlihat kaget bercampur marah. “Bos juragan jangan main nyelong masuk dong. Ketok pintu dulu kek…lha kalau gue lagi nggak pake BH gimana?” ujarnya, marah.
“Gue lagi nggak butuh susu. Gue pengen tau bagaimana jalan cerita kasus yang mulai heboh ini. Kafe kita terancam ditutup kalau terbukti bahwa racun itu berasal dari dapur,” jawab KD tak kalah sewotnya.
“Oke oke…kalau begitu bos tutup mata, jangan lihat gue. Ntar kalau gue udah masuk ke kamar mandi baru bos boleh melek,” ujar Cinta WP, dan bergegas masuk ke kamar mandi. Ada sekitar 5 menit bos juragan kafe KD menunggu, dia merasa kelamaan. Lalu katanya:”Cintaa…loe ngapain lama-lama di kamar mandi?”
“Sorry bos gue kebelet mau pipis dan sekalian mandi. Badan gue bau aseem!” sahutnya dari dalam kamar mandi. Kenthirer Dodol (KD) geleng-geleng kepala. Akhirnya ia tetap menunggu sampai CintaWP keluar dari kamar mandi.
“Duuh segeeer,” ujar CintaWP, begitu keluar dari kamar mandi. “Dah lama nunggu bos?” ujarnya, membuat bos juragan kafe KD jadi tambah mendongkol.
“Dah dari kemarin sore gue nungguin loe,” ujarnya, melepas dongkol.
“Hahahaa….bos juragan kafe bisa marah juga rupanya,” sahut CintaWP.
“Gimana ceritanya?” tanya KD. “Duh oon juga rupanya…perasaan dari tadi Lap Top gue menyala terus. Masak bos nggak liat tuh apa yang ada di sana. Jadi selama menunggu tadi, apa yang dilihat bos?” ujar CintaWP.
“Nih!” ujar KD, sambil melemparkan baju CintaWP yang bau keringat ke dalam keranjang sampah. CintaWP ketawa, dia kelupaan meletakkan baju kotornya di kursi di depan meja kerjanya. “Sorry bos…itu tadi gue ganti baju gegara kena tumpahan minuman,” ujar CintaWP.
Tanpa bertanya lagi KD langsung membaca catatan CintaWP di Lap Top. “Jadi racun sianida itu bukan dari dapur kita?” ujar KD, sekedar ingin memastikan.
“Ya enggak bos. Kemungkinan dari dalam tas kertas yang tadi dibawa oleh temannya yang bernama Cika,” ujar CintaWP, tanpa memberitahu bahwa sampel racun itu ada disimpannya.
“Tadi sewaktu rame-rame ada polisi di dalam, terlihat ada anggota BIN juga ikut menyelidik ke sini, “ ujar KD. “Orangnya yang mana bos?” tanya CintaWP, sedikit terkejut.
“Pakai baju biru dan kacamata hitam, yang terlihat banyak bertanya sana-sini,” ujar KD. CintaWP langsung ingat. “Oo yang itu toh. Pantesan, pertanyaannya detil banget dan banyak yang terdengar rada aneh,” ujar CintaWP.
“Begitulah intel, apa lagi dia itu dulunya pejabat di salah satu lembaga intelijen. Gue kenal dia karena dulu sering ketemu diberbagai acara. Sepertinya ada sesuatu yang tak terduga yang tersembunyi di balik kasus ini. Kita ikuti setiap perkembangan yang ada. Kita manfaatkan kasus ini sebagai ajang promosi ramuan Kopi Gayo yang kita miliki,” ujar KD, otaknya lancar berpikir mencari kesempatan didalam kesempitan. (Bersambung)
Sumber Ilustrasi:
https://primamoklet.wordpress.com/2011/10/19/harumnya-aceh-gayo/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H