Ngopi di Kafe Kenthirer Dodol #2
Kenthirer Dodol alih profesi sebagai pengusaha kafe. Usahanya maju pesat berkat kerja hebat manajernya yang super sexy kinyis kinyis matang manggis CintaWP. Sore itu ada kejadian di kafe, di meja nomor 54. Ada pengunjungnya yang tiba-tiba kejang kejang dan mulutnya berbuih.
Narti dan Parto bergegas datang menolong. Temannya yang panik bilang: “Mas ini kenapa kok jadi begini?”
“Nggak tau yang mbak. Ayo cepat ditolong, bawa ke klinik di ujung sana,” ujar pelayan laki-laki itu, sambil menunjuk ke arah klinik. Ternyata yang kejang-kejang itu namanya Murni. Parto mengangkat bagian kepalanya, temannya yang tadi terlihat tenang-tenang saja memegang bagian punggungnya, Narti memegang bagian pinggulnya, dan temannya yang panik itu memegangi kakinya. CintaWp bergegas menyusul mereka ke klinik. Larinya cepat sekali dan sekejap sudah sejajar dengan mereka yang tengan menggotong Murni menuju ke klinik.
Tiba-tiba CintaWP mengangkat alisnya merasa heran. Dilihatnya si wanita yang memegang bagian punggung itu terlihat aneh. Sementara yang lain pandangannya konsentrasi ke arah klinik, CintaWP melihat tangan wanita itu sesekali mencuri kesempatan meremas-remas payudara Murni.
“Mbak hati-hati lho jangan dilepas lho, nanti jatuh. Mbak siapa namanya?” ujar CintaWP, membuat wanita itu terkejut dan buru-buru melepaskan tangannya dari dada Murni.
“Eee..saya Cika mbak,”ujarnya, dengan nada gugup. “Mbak teman kerjanya?” tanya CintaWP kemudian.
“Nggak…saya teman lamanya dulu sewaktu kuliah di Australia,” jawabnya dengan pelan. “Yang satu ini siapa namanya?” tanya CintaWP kepada temannya yang satu lagi.
“Saya Heni, mbak. Saya juga temannya sewaktu di Australia,” jawabnya, sambil matanya menatap ke arah Cika.
Mereka sampai di klinik , perawat dan dokter yang jaga bergegas memberikan pertolongan. “Mbak coba hubungi keluarganya, kelihatannya gawat nih,” ujar CintaWP kepada Heni.
Heni terlihat bingung, Cika juga terlihat bingung. Mereka saling pandang. “Ada nomor telepon keluarganya nggak?” tanya CintaWP.
“Nggak ada mbak,” sahut Heni. “Nomor telepon suaminya?” tanya CintaWP kemudian. “Oh ya ada,” jawab Heni. Sesaat kemudian Heni menghubungi suami Murni.
“Mas Arkes cepat ke klinik. Murni pingsan, tubuhnya kejang dan mulutnya berbuih,” uajr Heni, kemudian mematikan Hp-nya. Matanya terus menatap ke arah Murni yang terlihat pucat membiru.
Tak lama kemudian Arkes, suami Murni, sampai di klinik. Melihat kondisi Murni yang terlihat gawat, Arkes berkata: “ Dok, gimana? Bisa segera dibawa ke rumah sakit nggak?” Dokter mengijinkan Murni dibawa ke rumah sakit. Heni, Cika, dan Arkes membawa Murni ke rumah sakit terdekat. CintaWP, Narti, dan Parto kembali ke kafe.
“Temannya yang satu itu kok kelihatannya aneh ya mas, “ ujar Narti kepada Parto. “Aneh kenapa?” tanya Parto dan CintaWP bersamaan.
“Orang sibuk menggotong yang sakit, eh tangannya kok malah pegang-pegang payudara temannya yang sakit. Jangan-jangan lesbo,” ujar Narti.
“Aku nggak meratiin,” jawab Parto. “Nggak meratiian atau ngintiip?” sahut Narti. Parto ketawa, ketiganya lalu ketawa pelan, takut didengar para pengunjung kafe yang terlihat memperhatikan ke arah mereka.
“Temannya yang satu lagi juga aneh, tadi kutanya ada nomor telepon keluarganya nggak? Jawabnya nggak ada. Giliran ditanya ada nomor telepon suaminya nggak, terus dijawabnya ada,” ujar CintaWP.
Suasana kafe “Kenthirer Dodol” kembali tenang. Tiba-tiba CintaWp ingat sesuatu. Segera menuju ke meja nomor 54. “Ada nggak barang-barang mereka tadi yang tertinggal di sini?” teriaknya, kepada anak buahnya.
“Ada mbak, tuh tiga kantong kertas,” jawab Yanti, yang duduk di meja kasir. CintaWP memeriksa isi kantong kertas itu satu per satu. Kaget, ternyata salah satu kantong itu berisi celana panjang yang robek. CintaWP tidak memeriksanya lebih jauh, matanya justru tertuju ke salah satu tas yang kosong namun di dasarnya terlihat ada serbuk putih, seperti gula halus. Diambilnya serbuk itu dengan ujung jari kelingkingnya, dan kemudian diperhatikannya dengan seksama. “Bening seperti gula. Jangan jangan racun sianida,” ujar CintaWP dalam hati.
Diambilnya serbuk itu kemudian disimpannya. CintaWP masuk ke ruang kerjanya, dan mencatat semua apa yang diketahuinya tentang kejadian yang baru saja terjadi di Kafe “Kentihirer Dodol”. CintaWP menyuruh anak buahnya segera membereskan meja nomor 54, dan menyimpan sisa kopi Aceh yang tadi diminum oleh Murni. Nalurinya berkata bahwa sebentar lagi Polisi akan datang menanyakan perihal kejadian yang menimpa Murni. Dugaannya benar, sekitar jam 19.15 WIB datang serombongan Polisi. CintaWP menemuinya dan memberikan segala keterangan apa yang diminta oleh Polisi. Barang bukti sisa kopi dalam gelas, beberapa barang yang tertingal di kursi dan meja tempat kejadian semuanya diambil oleh Polisi. CintaWP mendengar cerita dari polisi yang datang bahwa Murni meninggal, diduga disebabkan oleh keracunan.
(Bersambung)
Sumber Ilustrasi:
https://primamoklet.wordpress.com/2011/10/19/harumnya-aceh-gayo/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H