Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih Ada Celah yang Perlu Dijawab di Pengadilan

1 Februari 2016   01:43 Diperbarui: 1 Februari 2016   06:40 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wayan Mirna Salihin (27 tahun) tidak pernah menyangka bahwa hidupnya berakhir teragis, tewas terbunuh dengan alat pembunuh berupa racun Natrium Sianida yang dimasukkan ke dalam kopinya. Kisah reuni temu kangen antar sesama teman kuliah yang dulu pernah akrab karena satu kampus dan sesama perantau di negri orang, berakhir duka. Bagi Hani, jika ia tidak terbukti terlibat, mungkin merupakan sebuah pengalaman yang meninggalkan trauma yang begitu mendalam.  Bagi Jessica yang kini berstatus sebagai tersangka, kejadian ini merupakan sebuah awal perjalanan terjal yang harus dihadapinya. Belum tentu terbukti bersalah, namun dia harus menghadapi segala tuduhan ini dengan bukti-bukti yang sangat meyakinkan guna mengatakan bahwa ia tidak bersalah, tidak terbukti telah meracuni Mirna.

Mirna, Hani, dan Jessica janjian akan melakukan temu kangen di Oliver Café pada 6 Januari 2016, seusai jam kerja. Jessica datang lebih awal ke Oliver Café, sekitar pukul 14.00 WIB diantar oleh ayahnya. Jessica lalu memesan meja kepada pihak restoran.  Setelah itu ia berjalan-jalan di mall hingga menjelang tiba waktu janjian. Jessica sempat membeli sabun buat kenang-kenangan ke Mirna sebelum akhirnya turun ke lantai dasar mall Grand Indonesia, ke Oliver café dengan menenteng tas kertas di tangannya. Menarik untuk diketahui, apakah racun Natrium Sianida itu di dapatkan di mall atau dibawa dari rumah? Lalu apa saja yang dilakukan si tersangka selama berada di mall selama lebih kurang dua jam? Adakah ia bertemu dengan seseorang yang dicurigai terlibat? Rekaman CCTV mall dan stroke belanja yang sekiranya masih bisa dilacak akan bisa membantu menjawab hal ini.

Jessica datang lagi ke Oliver Cafe dan memesan minuman pukul 16,09 WIB. Sebelum memesan minuman, Jessica menanyakan kepada Mirna dan Hanni pesan minuman apa.  “Vietnam Coffee,” jawab Mirna.  Hani memesan Sazerac dan Jessica memesan Coctail. Kalau memang sudah ada niat atau rencana ingin membunuh tentu jenis minuman apa pun yang dipesan oleh Mirna akan dibubuhi si pelaku dengan racun Natrium Sianida yang telah dipersiapkan. Sekiranya Mirna dan Hani memesan minuman jenis minuman yang sama, apakah rencana jahat itu akan terus dilaksanakan? Karena ada kemungkinan akan terjadi salah sasaran. Pada titik ini pengakuan Hani tentang siapa yang memilihkan jenis minuman baginya akan sedikit membuka tabir apakah dirinya terlibat atau tidak.

Seusai memesan minuman di meja bar, Jessica  mengamati situasi café dan kemudian duduk di meja nomor 54. Jessica meletakkan tas kertas yang dibawanya di tempat duduk di sampingnya. Sebegitu cepatkah si pelaku mampu menemukan letak kamera-kamera CCTV di Oliver Café tanpa bantuan orang lain? Sepertinya hanya ada satu mata kamera CCTV yang mampu menjangkau secara penuh situasi di atas meja. Sehingga dengan mudahnya ia menghalangi pandangan kamera pengawas CCTV dengan menggunakan tas kertas yang dibawanya. Artinya, tas kertas itu sengaja dipersiapkan dan dibawa guna menutupi pandangan CCTV pada saat ia bekerja memasukkan racun ke dalam gelas kopi. Apakah mungkin seseorang yang mengaku baru kali pertama datang ke Oliver Cape melakukan persiapan yang begitu cermat? Tidak tertutup kemungkinan ada kebohongan atau mungkin ada seseorang yang sangat kenal dengan situasi internal Oliver Café yang membantunya merencanakan pembunuhan di tempat itu.

Minuman datang (pukul 16.30WIB), Jessica langsung membayar tagihannya. Sekitar 45 menit lamanya minuman Vietnam Coffe dan Sazerac dalam penguasaan Jessica yang tengah duduk menunggu sendirian.  Selama duduk menunggu, seperti yang dilansir oleh pihak Polda Metro jaya berdasarkan hasil pantauan CCTV ruangan, Jessica menunjukkan gerak-gerik mencurigakan. Dia terlihat menata letak minuman, meletakkan tas kertas di atas meja sehingga menghalangi pandangan kamera CCTV ke arah minuman. Jessica terlihat memindahkan kopi ke dekatnya.  Jessica terlihat memegang kopi dan pada saat bersamaan melihat ke sekitarnya, berkali-kali memegang rambut setelah melakukan sesuatu pada kopi. Jessica terlihat mengembalikan gelas kopi ke tempat semula, dan kemudian memindahkan tas kertas dari meja ke tempat duduk.  

Disini poin krusialnya, saat-saat yang diduga Jessica memasukkan racun ke dalam gelas kopi yang diminum Mirna.  Natrium Sianida cair, dengan cara apa Jessica memasukkannya ke dalam gelas? Langsung dituangkan dari botol ke dalam gelas atau menggunakan sendok atau menggunakan pipet karet yang sekaligus merupakan tutup botol yang berisi bahan kimia Natrium Sianida? Jessica dikatakan sempat memegang gelas, padahal dia tidak ikut mencicipi ketika Mirna komplain tentang rasa kopi yang diminumnya, berarti ada sidik jari Jessica di gelas itu. Beberapa kali terlihat memegang rambut, mungkin maksudnya mengelap air kopi yang mengenai tangannya. Bisa jadi bukan racun yang berbentuk cairan yang digunakan sehingga harus diaduk berkali-kali dan sedikit mengenai tangannya. Bisa jadi racun NaCN cair yang digunakan yang juga perlu diaduk agar merata.

Mirna dan Hani datang (pukul 17.15 WIB).  Jessica dan Hani duduk di samping kiri dan kanan Mirna. Mereka berbincang-bincang selama 15 menit sampai kemudian Mirna mulai meminum kopi yang telah tersedia di depannya (pukul 17.30 WIB).  Posisi Mirna duduk di tengah, apakah dia sengaja diapit dan digiring untuk meminum racun yang telah disiapkan untuknya? Sekali lagi, keterlibatan Hani perlu diuji apakah ia terlibat atau tidak.  

Seketika  Mirna merasakan ada kejanggalan, merasa mual saat meminumnya. “Oh my god. It’s awfull, it’s so bad,” kata Mirna kepada Hani. Lalu Mirna meminta Hani untuk mencium minumannya. Kemudian mereka mengobrol dan bahkan sempat memesan makanan. Sekitar 40 menit kemudian Mirna mengalami  kejang-kejang dan mulutnya berbuih (pukul 18.10 WIB).  

Hani menelpon Arief (suami Mirna) yang sempat mengantar Mirna lalu pergi lagi, dan masih berada di lingkungan mall Grand Indonesia. Sempat dibawa ke klinik terdekat dan akhirnya dibawa ke rumah sakit  Abdi Waluyo Menteng Jakarta Pusat.  Beberapa saat di rumah sakit korban tak tertolong dan akhirnya dinyatakan meninggal dunia (pukul 18.30 WIB). Kepolisian Polres Jakarta Pusat turun tangan malam itu juga. Mereka memeriksa kopi yang diminum Mirna dan bekas muntahannya. Fakta dan kesimpulan yang terungkap kemudian,  Mirna dinyatakan tewas sebab keracunan Natrium Sianida konsentrasi tinggi, konsentrasi yang dapat menewaskan 25 orang sekaligus.

Hasil otopsi jenazah disimpulkan bahwa Mirna mengalami gejala klinis cyanosis akibat racun sianida. Hasil investigasi juga menunjukkan adanya zat korosif yang menghancurkan sistim pencernaan dan organ lambung. Polisi juga melakukan uji racun terhadap kopi yang berasal dari botol yang sama dengan yang dituangkan ke dalam gelas Mirna, hasilnya negatif atau tidak ditemukan adanya sianida.

Berdasarkan uji racun ini maka disimpulkan Natrium Sianida di dalam kopi yang diminum Mirna dimasukkan saat kopi berada di atas meja, dalam rentang waktu 45 menit saat kopi telah berada di atas meja hingga saat Mirna dan Hani datang ke tempat lokasi kejadian, Oliver Café, di lantai dasar mall Grand Indonesia. Artinya, Jessica menjadi tertuduh sebagai pelaku (tunggal) yang memasukkan racun Natrium Sianida ke dalam gelas kopi yang diminum Mirna.

Jessica ditetapkan sebagai tersangka  Jumat (29/1/2016) pukul 23.00 WIB, dan kemudian dijemput oleh tim Subdit Jatanras Polda Metro Jaya dari Hotel Neo pada hari Sabtu (30/1/2016) pukul 07.45 WIB. Sebuah tuduhan dugaan melakukan pembunuhan secara terencana telah menantinya, sebuah hukuman yang tidak ringan bagi gadis yang masih relatif muda ini (27 tahun) sekiranya terbukti bersalah.. Untuk kasus ini, semoga kita menyaksikan ada sebuah pengadilan yang adil bagi semuanya. Hanya pengadilan yang berhak memutuskan apakah Jessica terbukti bersalah atau sebaliknya.

Menggali motif atau alasan siapa saja yang terbukti sebagai pelaku yang melakukan semua ini jauh lebih penting , guna memberikan pemahaman kenapa Mirna sampai harus dibunuh dan guna menumbuhkan rasa keadilan bagi keluarga yang ditinggalkannya.

*****

Sumber Ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun