menari dan bernyanyilah
wahai malamku Â
dalam irama matahariÂ
yang paling membakarÂ
tenggelamkan dakuÂ
ke dalam gemersik reranting pinusÂ
yang paling ikhlasÂ
ketika melepaskan dedaun keringnyaÂ
yang melayang jatuh
ke laut sunyi
menarilah dan bernyanyilah
wahai malamku
bagai senandung serumpun bambu
yang tetap kokoh berdiriÂ
ketika badai berlaluÂ
yang tetap bertunasÂ
meski El Nino datangÂ
membakarÂ
mata kejora menatapku
dari suatu ketinggian yang jauh
aku ingin menjangkaunya
sebagaimana kerinduanku
menjangkau keluasan samudera
menyelami palungnya yang paling dalam
panggil panggilah ia
agar segera mendekat
dan merapat
di sini aku
merindu
aku si anak kembara
tak tentu arah langkah kakiku
kuikuti irama pagi yang bangkit
kucontoh cara beburung terbang
kutelusuri sungai kehidupan
dengan berperahu rindumu
agar dapat kau lihat
rupa wajahku
yang mencarimu
menari dan bernyanyilah
wahai malamku
dalam irama tarian para pemujamu
di malam sunyi
dapatkah kau rasakan aku
yang kian melemah di dalamnya
di kedalaman laut misterimu
tempat cinta kekal dicari
dan bersemayam
abadi!
Â
******
Batam, 2016.
Â
Â
Sumber Ilustrasi:
https://maleficusamore.files.wordpress.com/2012/06/sirius20crop1.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H