kadang kubertanya kepada senja yang meluruh
kenapa burung-burung kutilang terbang pulang
sementara rembulan perlahan menampakan diri
tidak kah ia rindu pada cahayanya yang indah?
Â
burung kutilang itu terbang sejak mentari bangkit
dengan kedua sayapnya mengarungi anugrah hari
dengan paruhnya mencari makan dan bernyanyi
di tatapnya hanya langit biru yang berbalut awan
Â
tak pernah kulihat ia terbang menjelajahi malam
tak pernah dicobanya terbang mendekati bintang
tak pernah kudengar suaranya merindukan bulan
tak pernah terkabar bernyanyi riang di ujung senja
Â
hal apakah yang istimewa di langit siang baginya?
cahaya pagi ya cahaya pagi yang menggairahkannya
kehangatan yang memancar dari langit yang cerah
matanya ya matanya hanya menatap ke langit biru
Â
bagaikan kutilang yang mensyukuri anugrah hari
kulihat seorang petani tua berangkat ke sawahnya
langkah kakinya ringan dan wajah bersinar cerah
di tatapnya hamparan hijau yang menghias lembah
Â
di pagi hari, kudengar simfoni alam mengalun indah
burung-burung beterbangan dengan amat riangnya
di lembah sawah menghijau sejauh mata memandang
petani bekerja penuh semangat menggarap sawahnya
Â
kadang kubertanya kepada senja yang perlahan luruh
di mana letak perbedaan keindahan siang dan malam?
di malam hari ada berjuta bintang dan purnama indah
kenapa kutilang dan petani tua itu tak menyambutnya?
Â
******
Batam, 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H