Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Andaikan Aku Menjadi yang Mulia (MKD)

6 Desember 2015   12:14 Diperbarui: 6 Desember 2015   13:56 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Esok Senin (7/12/2015) rencanya Mahkamah Kehormatan Dewan(MKD) akan memanggil tersangka pelaku pelanggaran etika anggota DPR RI yakni, Setya Novanto. Berandai-andai, andaikan aku menjadi anggota MKD dari Fraksi Partai Golput maka di dalam benakku telah kusiap sejumlah pertanyaan. Kubayangkan terjadi dialog sebagai berikut: (A=aku. SN=Setya Novanto)

A= Saudara Novanto, apa betul saudara menelikung pemerintah mencarikan jalan pintas agar perpanjangan kontrak karya Freeport dapat kepastian sebelum tahun 2019?

SN= Tidak Yang Mulia. Saya sangat menghormati pemerintah, Luhut Panjaitan. Karena dialah the real president

A= Saudara Novanto, saudara ketua Lembaga Tinggi negara, saudara seharusnya menghormati lembaga Kepresidenan. Presiden RI sekarang bukan Luhut Panjaitan, melainkan Jokowi

SN= Tetapi Yang Mulia, bukankah Jokowi telah melimpahkan sebagian wewenangnya kepada Kepala Staf Kepresidenan yang saat itu dijabat oleh saudara Luhut Binsar Panjaitan?

A= Karena sebab itu saudara Riza Chalid mengatakan “Pak, kalau gua, gua bakal ngomong ke Pak Luhut janganlah ambil 20%, ambillah 11% dan kasihlah Pak JK 9%?

SN= Benar Yang Mulia. Maksudnya agar jangan sampai Pak Luhut dan Pak Jokowi makan sendiri

A=Jadi saudara Ketua DPR RI mengakui adanya pertemuanm tersebut?

SN= Mengakui Yang Mulia.  Saya dihubungi Pak Luhut dan Pak Marzuki agar ikut bantu menyelesaikan masalah perpanjangan kontrak Freeport

A= Ada bukti bahwa dihubungi oleh Pak Luhut dan Pak Marzuki?

SN= Tidak ada telepon atau SMS, hanya pesan secara lisan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun