Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kudengar Suara Tangisan Ibu Pertiwi

6 Desember 2015   06:47 Diperbarui: 6 Desember 2015   10:21 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kudengar suara ibu meratap dan menangis pilu

meratapi sungainya yang keruh berwarna coklat tua

mata air yang jernih tak lagi mengalir deras ke sungai

tersumbat lumpur dan tertimbun sampah negri merana

 

Rawa-rawa payau airnya kian menghitam di pesisir pantai

beragam kemajuan mengalirkan limbahnya ke muara laut

resapan alami dipaksa menampung beragam cairan limbah

di balik kemajuan hari ini ada kemunduran di sekitar kita

 

Kudengar suara ibu meratap dan menangis pilu

di sela gedung-gedung megah bangunan kota metropolitan

degradasi moral, hilangnya tata krama dan adat budaya negri

hilang sentuhan manusiawi dan kemanusian terhadap sesama

 

Kita bangsa yang tengah giat membangun bagi kemajuan negri

berbagai infrastruktur dan sarana kita bangun bersusah payah

korupsi merajalela, pengawasan pembangunan tak tentu arah

dan jadilah kita bangsa yang rapuh  karena kebodohan sendiri

 

Dengarlah kegaduhan yang kerap terjadi di gedung parlemen

mereka segelintir anak bangsa menempati posisi yang terhormat

menjadi wakil kita, menangkap dan mewujudkan aspirasi kita

namun apa yang terjadi di sana? Membuat Ibu Pertiwi menangis!

 

Kudengar suara ibu meratap dan menangis pilu

anak-anaknya tengah bertengkar berebut saham milik bangsanya

tanpa tahu malu mereka berlaku curang dan menebarkan fitnah

berlagak negarawan sejati namun ternyata sekumpulan pencuri!

 

*******

Batam, 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun