Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyindir Kompasiana, Said Didu Merasa Gerah

1 Desember 2015   22:01 Diperbarui: 2 Desember 2015   00:09 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Said Didu, staf khusus Kementerian ESDM membikin tersinggung banyak Kompasianer akibat omongannya yang terdengar menyakitkan bagi para blogger yang biasa menulis di Kompasiana, khususnya Kompasianer yang rajin menyorot seputar kasus Freeport yang melibatkan Setya Novanto selaku Ketua DPR RI.

“Bisa saja itu ngarang seperti orang-orang ngarang tulisan di Kompasiana,” ujar Said Didu, ketika ditanya komentarnya tentang beredarnya infografis percakapan Setya Novanto, Riza Chalid, dan Maroef Syamsoeddin.

Mantan Sekretaris Menteri BUMN tahun 2005 itu sepertinya ada membaca tulisan di Kompasiana yang kurang berkenan di hatinya, entah tulisan yang mana serta ditulis oleh siapa.  Mantan calon kuat Dirjen Minerba yang digadang-gadang oleh Sudirman Said namun akhirnya terpental itu, jabatannya di Kementerian ESDM  sebagai Ketua Tim Penelaah Smelter Nasional Kementerian ESDM.  Pria kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan, 52 tahun yang silam itu memulia karirnya di pemerintahan pada 1988 sebagai pegawai di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan saat ini juga menjabat sebagai Komisaris PTBA dan Komisaris Utama PTPN IV.

Sebagai staf khusus dan sebagai Ketua Tim Penelaah Smelter Nasional membuat Said Didu terlibat dalam pembahasan Kontrak Karya Freeport di Kementerian ESDM.  Sebagai mantan Sekretaris Menteri BUMN, Said Didu berperan dalam melambungkan karir Sudirman Said sebagai pejabat di BUMN. Bagaikan dua serangkai yang saling mengisi dan saling melengkapi, duo Said (Sudirman Said, dan Said Didu) terlihat kompak dalam memberikan keterangan soal Freeport.

“Mereka ingin 49 persen saham dan 51 persen Freeport investasi, dan meminta Freeport membeli tenaga listriknya,” ujar Sudirman Said di Jakarta, Senin (16/11) ketika menjelaskan kasus pencatutan nama Presiden yang dilakukan oleh Setya Novanto yang berkaitan dengan PLTA di Urumuka.  Pada hari yang sama Said Didu juga mengatakan bahwa Freeport bakal menyerap listrik yang diproduksi PLTA Urumuka. Syaratnya, jika perusahaan tambang asal Ameriak Serikat itu mendapatkan kepastian operasi pasca berakhirnya kontrak karya pada 2021. “Freeport mau jadi off taker kalau ada kepastian perpanjangan. Ini bagian dari program percepatan pembangunan Papua. Jadi enggak ada kaitannya dengan permintaan itu,” kata Said Didu.

Beliau menjelaskan proyek ini masih terkatung-katung lantaran pengembang menunggu kepastian off taker. Dia menegaskan Freeport bukan sebagai yang menggarap proyek tersebut, Selain itu, proyek itu tidak dibiayai pemerintah pusat. Proyek PLTA yang dimaksudkan Said Didu adalah proyek PLTA yang digarap oleh pemerintah daerah Papua, proyek PLTA yang bermasalah, yang telah menjerat mantan Gubernur Papua Barnabas Seubu ke dalam penjara. Dalam penjelasan ini duo Said tidak pernah menjelaskan siapa atau perusahaan mana yang akan melanjutkan pembangunan PLTA Urumuka yang dimaksud, juga tidak pernah ada penjelasan berapa persen progres pembangunannya yang telah terealisasi. Padahal pernah gencar diberitakan koran lokal bahwa sepotong besi pun tidak terlihat di lokasi PLTA tersebut.     

Bertolak belakang dengan berita Senin (16/11) tersebut, pada 2 Juli 2015 Sudirman Said dengan antusias mengatakan bahwa Freeport akan membangun PLTA dengan kapasitas 1000 megawatt(MW). “Kapasitas 450 megawatt(MW) akan dimanfaatkan oleh Freeport untuk tambang bawah tanah. Sedangkan sisanya bisa dipakai untuk masyarakat,” kata Sudirman Said.

Kembali pada soal pernyataan Said Didu yang membuat tersinggung Kompasianer, soal karang mengarang itu sebaiknya Said Didu juga berpikir jernih bahwa liarnya opini kompasianer tentang sepak terjang Sudirman Said tidak lepas dari pemberitaan media mainstream. Kompasianer menemukan opininya berdasarkan berita-berita yang beredar dari berbagai media. Contah soal tentang PLTA Urumuka di atas, apakah salah lantas muncul opini yang kurang sedap di telinga Said Didu? Sebagai pejabat yang berani tampil ke publik, Said Didu juga harus berani menghadapi berbagai macam berita dan opini yang terbentuk karena penampilannya. Sentilan Said Didu tentang karangan di Kompasiana itu seharusnya dijelaskan lebih jauh, karangan yang mana yang telah membuatnya merasa gerah?  

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun