Islam State for Irak and Suriah (ISIS) kian menjadi sorotan dunia sehubungan dengan serangan teroris di Paris tanggal 13 November 2015 yang lalu. Banyak yang menduga ISIS adalah organisasi perlawan terhadap Syiah yang sengaja dibina oleh Negara-Negara Barat dengan tujuan untuk menekan kekuatan Syiah di Timur Tengah, khususnya Suriah dan Iran.
Berdasarkan catatan wikipedia, ISIS terbentuk dari gejolak dalam negeri di Irak dan Suriah. Diawali pada tanggal 18 Maret 2003, ketika Pasukan Multinasional pimpinan Amerika Serikat menyerang Irak. Dua tahun berselang, tepatnya pada tanggal 15 Agustus 2005, kelompok pejuang mempersatukan diri dan membentuk Majelis Syura Mujahidin. Berawal dari Majelis Syura Mujahidin inilah akhirnya muncul Negara Islam Irak pada tanggal 13 Oktober 2006, dan mengangkat Abu Umar al-Baghdady sebagai emir atau pemimpin. Abu Umar kemudian meninggal dalam pertempuran, dan posisi emir digantikan oleh Abu Bakar al-Baghdady sejak 15 Mei 2010. Saat bersamaan situasi politik di Timur Tengah dan Afrika Utara tengah membara dengan terjadinya revolusi di sejumlah negara di Jazirah Arab, termasuk beberapa negara di Afrika Utara seperti Mesir, Tunisia, dan Libya. Dibawah kepemimpinan Abu Bakar al-Baghdady ISIS mendeklarasikan Negara Islam di sepanjang Irak dan Suriah. Selengkapnya lihat di sini https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Irak_dan_Syam.
Secara terang benderang ISIS menyatakan kebenciannya terhadap kelompok syiah, yang mana Presiden Suriah Bashar al Assad juga termasuk penganut syiah. Menghancurkan kekuatan syiah dalam hal ini Iran dan Suriah adalah salah satu alasan dasar berdirinya ISIS. Hal ini menjadi salah satu dasar kecurigaan bahwa ISIS dibina oleh Negara-Negara Barat yang dimotori oleh Amerika Serikat. Sudah terang benderang bahwa Amerika Serikat tengah membidik Iran dengan berbagai cara, mencari sekutu lokal yang mampu mewujudkan cita-cita Amerika menghancurkan Iran adalah logika yang masuk diakal. Luas wilayah ISIS yang mencakup bagian dari Negara Irak dan Suriah yang luasnya melebihi Oman atau Qatar termasuk hal yang mengherankan, kenapa ISIS begitu cepat berkembang tanpa reaksi keras dari Amerika Serikat dan Sekutunya?
Sangkalan terhadap tudingan ini telah banyak diberikan oleh para pengikut ISIS dalam berbagai media jejaring sosial. Dengan logika yang sangat sederhana mereka menjawab tudingan itu: “Propaganda buruk tentanng ISIS selama ini muncul dari Negara-Negara Barat yang dimotori oleh Amerika Serikat, apakah mungkin ISIS berjuang bersama mereka?”. Secara terang benderang para pengikut ISIS menyatakan bahwa mereka adalah bagian dari Kekhalifahan Islam yang baru dibangun.
Kelompok ISIS dalam bentuk aslinya terdiri dari dan didukung oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni. Kelompok ini merupakan kelompok garis keras dalam Islam, memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada ajaran Islam. Dibawah kepemimpinan Abu Baakar al-Baghdady pernah menyatakan bagian dari Front Al Nusra, organisasi sayap Al Qaidah di Suriah. Menurut berbagai sumber pemberitaan hubungan tersebut tidak terjalin lama karena adanya perbedaan beberapa prinsip antara Al Qaidah dan ISIS.
Menelisik keberadan ISIS di Indonesia, harus dicermati keberadaan gerakan anti Syiah di Indonesia apakah terkait ISIS atau murni karena perbedaan interpretasi terhadap ajaran Islam. Belum tentu semua yang anti syiah adalah ISIS, namun kelompok garis keras yang memiliki interpretasi atau tafsir yang berbeda tentang ajaran Islam sangat rentan tergoda menjadi bagian dari organisasi yang memiliki hubungan afiliasi dengan ISIS. Penyebaran paham ISIS di Indonesia terjadi secara personal dan massif. Adanya perekrutan anggota ISIS di Indonesia bukanlah suatu berita baru. Himbauan melalui selebaran yang pernah diedarkan oleh Kepolisian RI agar waspada dan tidak mudah tergoda bergabung dengan ISIS mengindikasikan bahwa adanya kekhawatiran pemerintah akan menyebar luasnya paham ISIS di Indonesia. Lebih jauh lagi, misi dan paham ISIS bila dibiarkan berkembang di Indonesia dapat memicu maraknya tindak kekerasan berlatar belakang agama. Benturan keras dengan penganut paham Ahlus Sunnah wal Jamaah yang dominan di Indonesia akan terjadi, kedamaian beragama kita akan terusik dan tidak mustahil dapat menggoyahkan NKRI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H