Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Fabel) Dongeng dari Negri Abal-abal

7 November 2015   00:47 Diperbarui: 7 November 2015   01:08 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Beni Guntarman, Nomor 112

Di suatu negri yang makmur tengah dilanda masalah besar: tikus-tikus meraja lela. Tiada tempat yang tak ada tikusnya. Tikus-tikus itu berbagai macam ukuran, ada yang badannya sebesar kucing.  Ia yang sebesar kucing itu sedang mengganas, semuanya digerogotinya.  Bendahara Negri Abal-abal jadi pusing dibuatnya.  Bukan cuma uang negara yang dicurinya, meja-meja dan kursi pun habis ditelannya ketika tidak ada lagi yang bisa dimakannya.  

Bendahara Negri Abal-abal  lalu melapor ke Raja: “Paduka yang mulia, tikus-tikus itu sudah luar biasa ganasnya.  Semua digerogotinya, uang negara sudah tidak aman lagi. Jangankan uang, Kitab Suci hingga Beras Busuk pun dimakannya. Meja-meja dan Kursi di ruang rapat Anggota Dewan yang terhormat sudah habis dimakannya.  Mungkin sebentar lagi Kursi Singgasana paduka akan digerogotinya.”  

Raja Negri Abal-abal terkejut, sesaat kemudian geleng-geleng kepala dan manggut-manggut sendiri. “Baiklah” ujar Raja, “Kita umumkan Sayembara. Barang siapa mampu mengatasi tikus-tikus itu akan saya angkut menjadi Perdana Mentri.” Lalu Sayembara itu diumumkan ke seluruh negri.

Sekelompok Kucing, dan Harimau secara bergantian coba-coba mengikuti sayembara itu. Tidak ada yang berhasil, bahkan mereka menjadi bahan olok-olok para tikus itu. “Hei Kucing Kecil, Kucing Besar, periksa dulu taring dan cakarmu, masih tajam kah?” ujar Tikus Kepala Hitam, rajanya segala tikus.

Merasa dipermalukan oleh para anggota Dewan Tikus itu, Raja Negri Aba-abal lalu menaikan hadiah bagi siapa saja yang mampu mengatasinya.  “Akan kuangkat menjadi Perdana Mentri, akan kubangunkan sebuah istana yang besar bagi siapa saja yang mampu mengatasi tikus-tikus itu!” ujar Raja Negri Abal-abal , merasa geram karena tikus-tikus itu menantangnya.

Sekelompok Cecak datang menghadap Raja, memberitahu bahwa mereka bermaksud mengikuti Sayembara. Raja setuju dan mempersilakan mereka agar segera mulai beraksi.

Para Cecak itu saling bekerja sama. Mereka menyebar,  mengintai dan memasang telinganya di setiap tempat yang diperkirakan ada tikusnya. Gerakan senyap para Cecak ini tidak diketahui oleh para dedengkot Tikus yang badannya sebesar kucing. Satu per satu tikus-tikus itu ditemukan mati keracunan. Hingga akhirnya Tikus Kepala Hitam, raja segala tikus itu, ditemukan mati terbunuh karena keracunan makan uang proyek. Negri Abal-abal kembali aman, dan Raja pun memenuhi janjinya.

Tiba-tiba Raja mendengar kabar kurang sedap tentang sepak terjang Panglima Cecak yang merupakan Perdana Mentri Negri Abal-abal.  Raja memberi tahu kepada Kasim Istana agar menegur Panglima Cecak.  Namun teguran itu tidak berhasil mengurangi kesombongan Panglima Cecak. Lalu akhirnya Raja memerintahkan kepada Kasim Istana, katanya: “Giring para Cecak itu ke Rumah Kaca!”

Dengan cerdiknya Kasim Istana berhasil menggiring Panglima Cecak dan anggotanya masuk ke dalam Rumah Kaca.  Di sana mereka dikurung, tanpa sedikit pun celah untuk ke luar, hingga akhirnya para Cecak itu mati lemas di dalam penjara.

******

Batam, 7 November 2015

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

https://www.facebook.com/groups/175201439229892/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun