ombak berkejaran terlihat sejauh mata memandang
burung camar terbang berseliweran indah di angkasa
jejak kapal laju berlalu meninggalkan buih memanjang
engkau bersandar lesu, termenung diri di haluan kapal
Â
angin kencang berhembus, bergerai-gerai rambutmu
pelabuhan Kuala Tungkal jauh tertinggal di belakang
pulau Batam yang dituju di depan, di balik sayup biru
separuh hatimu seakan tertingal jauh di belakang sana
Â
engkau dalam keraguan, menapakkan kaki di bumi ini
tanah Batam, pulau harapan bagi ribuan pencari kerja
berbekal seadanya meraih peruntungan nasib di badan
ribuan pabrik ribuan lowongan kerja menjadi harapan
Â
engkau masih muda, beban anak ada di punggungmu
bahtera yang pecah memaksamu harus berjuang hidup
dalam kesendirian, tak kuasa mendengar rengekan anak
susu harus dibeli, dan tanganmu tiada tempat berpegang
Â
engkau dalam keraguan, menapakkan kaki di bumi ini
tanah Batam, pulau tempat ribuan buruh pekerja wanita
pagi siang dan malam, engkau pulang dan pergi bekerja
kerja membanting tulang demi menghidupi si buah hati
Â
engkau dalam keraguan, tak dapat memenuhi kebutuhan
sementara tanganmu sibuk bekerja hatimu melayang jauh
ingat kepada si kecil dan dua lagi yang butuh biaya sekolah
sayup-sayup angin PHK berhembus lembut ke dalam pabrik!
Â
Batam, 2015.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H