Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kepada Ifani Ifani

12 Oktober 2015   19:01 Diperbarui: 13 Oktober 2015   00:49 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Alangkah indahnya sebuah persahabatan yang tak memandang wajah ganteng atau sebaliknya, dan tak memandang cantiknya wajahmu. Sebuah persahabatan yang menanamkan kesan baik dan tak lebih dari tegur sapa, saling berbagi pengalaman dan saling bertukar pikiran.

Ketika meledak kasus: foto dirimu dan sahabatmu tengah bersama seorang Narapidana maling pajak super kakap, penjahat terpidana 30 tahun penjara yang bernama Gayus Tambunan. Ah sebuah sosok mapan yang katanya sayang anak, sayang istri, dan merasa disayang Tuhan itu ternyata idolamu. Sejak meledak postingan foto super heboh yang diawali oleh sang pemberani Tomy Unyu Unyu itu, engkau terkesan panik.

Aku tergerak bertanya banyak hal tentang ini itu dan engkau menjawab sepertinya sangat logis bagiku. Namun ternyata tak seperti yang kukira, namun ternyata tak seperti yang kubayangkan. Ketika kuteliti dengan cermat dasar-dasar issue yang beredar maka mulai kulihat kejanggalan, mulai kulihat kebohongan,  aku ingin bertanya lagi kepadamu namun engkau telah lenyap bersama tulisan-tulisanmu di Kompasiana.  Baru kusadari makna ucapakanmu terakhir di kolom komentar tulisanku:”bubar bubar !”.

Baiklah teman, aku memaafkanmu sebagai sesama manusia yang sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kita punya salah, kita punya khilaf, dan aku memaafkanmu. Aku memintamu agar peduli pada rasa keadilan dan tidak menyembunyikan kebenaran, sepahit apa pun rasanya.  Tampillah sebagai pemberani, sebagaimana nyalimu dulu yang berani berkata benar melalui tulisan-tulisanmu. Koruptor adalah musuh bersama!

Alangkah indahnya sebuah persahabatan yang berlandaskan sikap saling menghargai namun tidak kompromi terhadap kejahatan.  Saling menyapa, saling berbagi pengalaman dan saling bertukar pikiran, dan saling menghargai adalah jiwanya persahabatan sejati. Izinkan aku membacakan sebuah puisi tentang persahabatan,  sesuatu yang mungkin dapat menjadi bahan renungan bagimu.

 

Di jalan setapak yang kita tempuh dahulu
masih berbekas tapak jejaknya di masa kini
sehingga dapat kutelusuri kembali jalan itu
jalan tempat kita bersua, menjalin persahabatan

Rentang waktu yang panjang, masa pun silam
ada masa gelap menutup kita, tiada kabar berita
membuatku tak tahu dimana kini kau berada
jalan itu yang membuatku jadi teringat kepadamu

Pada cerita yang tertulis dalam kisah masa lalu
persahabatan itu tertanam bagai sejumput ilalang
seiring waktu ia patah tumbuh hilang berganti
akarnya yang terpendam dalam tanah, tumbuh menyebar

Di jalan setapak yang kita tempuh dahulu
masih tersebar ilalang di kiri-kanan jalan itu
sehingga aku melihat kembali ke jantung jiwaku
betapa persahabatan itu tak bisa punah oleh waktu!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun