Alangkah indahnya sebuah persahabatan yang tak memandang wajah ganteng atau sebaliknya, dan tak memandang cantiknya wajahmu. Sebuah persahabatan yang menanamkan kesan baik dan tak lebih dari tegur sapa, saling berbagi pengalaman dan saling bertukar pikiran.
Ketika meledak kasus: foto dirimu dan sahabatmu tengah bersama seorang Narapidana maling pajak super kakap, penjahat terpidana 30 tahun penjara yang bernama Gayus Tambunan. Ah sebuah sosok mapan yang katanya sayang anak, sayang istri, dan merasa disayang Tuhan itu ternyata idolamu. Sejak meledak postingan foto super heboh yang diawali oleh sang pemberani Tomy Unyu Unyu itu, engkau terkesan panik.
Aku tergerak bertanya banyak hal tentang ini itu dan engkau menjawab sepertinya sangat logis bagiku. Namun ternyata tak seperti yang kukira, namun ternyata tak seperti yang kubayangkan. Ketika kuteliti dengan cermat dasar-dasar issue yang beredar maka mulai kulihat kejanggalan, mulai kulihat kebohongan, aku ingin bertanya lagi kepadamu namun engkau telah lenyap bersama tulisan-tulisanmu di Kompasiana. Baru kusadari makna ucapakanmu terakhir di kolom komentar tulisanku:”bubar bubar !”.
Baiklah teman, aku memaafkanmu sebagai sesama manusia yang sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kita punya salah, kita punya khilaf, dan aku memaafkanmu. Aku memintamu agar peduli pada rasa keadilan dan tidak menyembunyikan kebenaran, sepahit apa pun rasanya. Tampillah sebagai pemberani, sebagaimana nyalimu dulu yang berani berkata benar melalui tulisan-tulisanmu. Koruptor adalah musuh bersama!
Alangkah indahnya sebuah persahabatan yang berlandaskan sikap saling menghargai namun tidak kompromi terhadap kejahatan. Saling menyapa, saling berbagi pengalaman dan saling bertukar pikiran, dan saling menghargai adalah jiwanya persahabatan sejati. Izinkan aku membacakan sebuah puisi tentang persahabatan, sesuatu yang mungkin dapat menjadi bahan renungan bagimu.
Di jalan setapak yang kita tempuh dahulu
masih berbekas tapak jejaknya di masa kini
sehingga dapat kutelusuri kembali jalan itu
jalan tempat kita bersua, menjalin persahabatan
Rentang waktu yang panjang, masa pun silam
ada masa gelap menutup kita, tiada kabar berita
membuatku tak tahu dimana kini kau berada
jalan itu yang membuatku jadi teringat kepadamu
Pada cerita yang tertulis dalam kisah masa lalu
persahabatan itu tertanam bagai sejumput ilalang
seiring waktu ia patah tumbuh hilang berganti
akarnya yang terpendam dalam tanah, tumbuh menyebar
Di jalan setapak yang kita tempuh dahulu
masih tersebar ilalang di kiri-kanan jalan itu
sehingga aku melihat kembali ke jantung jiwaku
betapa persahabatan itu tak bisa punah oleh waktu!
Sebuah persahabatan di dunia maya adalah sebuah jalan lebar menuju banyak cabang. Mereka yang berniat menipu akan bertemu dengan ketertipuannya. Mereka yang bermain-main dengan kepalsuan akan bertemu dengan kepalsuan yang diinginkannya. Mereka yang tulus mencari kebaikan akan bertemu dengan kebaikan yang diinginkannya. Hidup itu indah, bukan karena harta dan jabatan, bukan karena kecantikan wajah. Hidup itu indah karena kita dapat menikmatinya tanpa dihantui rasa takut dan cemas. Hidup itu indah karena kita mengikuti alur-alur keindahannya! Wassalam.
Batam, 12 Oktober 2015.
NB : Ikuti Event Surat-menyurat di Sini:http://www.kompasiana.com/androgini/event-fiksi-surat-menyurat-di-kompasiana_5618f89b4123bd3d16f2001f
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H