Rambut ibu telah terbakar di kedalaman hutan
pepohonan merangas terlihat gosong dan berasap
tidurmu lebih nyenyak dari malam sebelumnya
terbayang di benakmu lahan kebun siap ditanam
Â
Di luar sana, asap berkelana jauh bersama angin
dibawanya mimpimu mengarungi Selat Malaka
dunia memutih, kabut memenuhi segenap ruang
mimpi indahmu terhisap, memenuhi paru-paruku
Â
Sebuah gambaran dari masa lalu, seperti kemarau ini
mengalirlah seperti sungai yang semestinya mengalir
merambalah pada hutan rimba milik nenek moyangmu
di tanganmu ribuan flora dan fauna menjadi punah
Â
Seperti sebuah pertanyaan: adakah hari esok?
hutan yang menyempit membangkitkan kelangkaan air
air susu ibu kini berwarna coklat tua, bercampur darah
di putingnya engkau menyalakan api dan bertanak nasi
Â
Perambah hutan, membangun mimpinya lewat bara api
membakar rahim pertiwi demi mewariskan harta benda
bagi anak cucunya, demi sebuah kemakmuran yang semu
kemakmuran yang memusnahkan titipan anak cucumu!
Â
Batam, 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H