Malam ke-27 Ramadan, Surti tiba-tiba saja diamuk kerinduan
setelah sebelas tahun mematikan rasa rindu pada kampungnya
menyimpan sayatan luka berbaur kesumat atas perlakuan mereka
ketika mengusirnya dari kampung, atas tuduhan berbuat zina
“Perempuan bejat, beraninya kau berbuat kotor di kampung ini!!?”
ujar orang yang mengerumuninya, mencaci-makinya di rumahnya
“dasar janda gatal, sejak ditinggal mati mas Karto jadi pelacur ya?”
sekeluarga besarnya menghakiminya, membuatnya hatinya hancur
Dengan membawa remuk redam hatinya, Surti pergi jauh
merantau ke Kuala Lumpur, sebelas tahun tidak pulang-pulang
menyimpan erat keping-keping luka yang telah berbalut daging
tidak pernah bermimpi menginjak lagi tanah kampung halamannya
Malam ke-27 Ramadan , tiba-tiba saja hatinya merasa sangat rindu
rindu pada masa kecilnya di sana, rindu pada sanak-saudaranya
rindu berjumpa ibunya yang kerap datang lewat mimpi-mimpinya
sebuah kerinduan yang pekat, panggilan batin dari tempat yang jauh
Malam ke-27 Ramadan, tiba-tiba saja Surti rindu pulang kampung
tanpa disadarinya tangannya mengemas pakaiannya ke dalam kopor
hingga tepat jam 4 pagi, nyonya majikannya menjenguknya di kamar
dengan nada terkejut majikannya itu berkata:”berkemas, sudah tau?”
Surti bingung dengan maksud pertanyaan majikannya, lalu tanyanya:
“tau apa bu? “. Majikannya memperlihatkan mimik bingung dan heran
lalu katanya:”barusan ada telepon dari adikmu di kampung sana”
dengan sedih majikannya melnjutkan ucapannya:”ibumu meninggal!”
Btm2015
NB: Untuk menyimak karya peserta lain silakan menuku Fiksiana Community
silakan bergabung ke group Fb Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H