Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pilar-pilar Kebangsaan di Negri Liliput

12 Juli 2015   11:50 Diperbarui: 12 Juli 2015   11:55 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku tengah berada di suatu negri, namanya: Negri Liliput

Sebuah negri yang agak jauh dari kampungku yang aman-aman saja

Keadaan Negri Liliput sedang kacau,  negrinya diam dalam resah

Ya rakyatnya pada mendesah resah karena keadaan tidak membaik

 

Gonjang-ganjing politik dan hukum kerap terjadi, seakan yang wajar

Aku berjalan ke gedung pengadilannya yang maha adil itu, ada kulihat

Palu-palu hakimnya bolong di tengah, sehingga tak terdengar bunyinya

Saat diketuk di atas meja hijau yang berlapiskan warna-warni rupiah

 

Kulihat proses pengadilan di sana seperti sebuah cerita zaman kuno

Hakim, Jaksa, dan Si Pesakitannya saling berkedip main mata

Entah apa yang mereka kedipkan, mungkin agar “aman-aman saja!”

Saat sidang usai, kulihat mereka ternyata memiliki ekor seperti tikus

 

Aku berjalan ke gedung parlemennya yang megah dan agung

Maklum di sanalah tempat para warna negara kelas 1 berkantor

Mereka terlihat gagah dan cantik, penampilan penuh wibawa

Dan kulihat mereka tengah siap-siap akan bersidang di pagi ini

 

Lama kudengarkan sidangnya yang bertele-tele, berlangsung alot

Wah ternyata mereka sedang membahas nasib mereka sendiri

Mereka tak peduli dengan krisis ekonomi yang tengah melanda dunia

Seakan mereka tengah memikirkan: duit, meja, kursi bagi diri sendiri!

 

Aku berjalan ke kantor-kantor pemerintahan yang pintunya terbuka

Kulihat ramai orang dalam kesibukkan bekerja dengan urusannya

Kudengar ada pengunjung yang berbisik-bisik: “proyeknya gagal!”

“Kenapa begitu?” tanya temannya. “Setoran kita kurang besar!”

 

Lalu aku berkeling ke banyak tempat, ke banyak gedung perkantoran

Aku heran, kok banyak tikus-tikus kepala hitam bebas berkeliaran

Aku bercermin pada sebuah kaca:”jangan-jangan aku juga tikus?”

Tikus besar, tikus kecil, tikus-tikus kepala batu begitu bebas di sini

 

Pilar-pilar kebangsaan di Negri Liliput telah rapuh di grogoti tikus

Kebohongan publik, permainan politik busuk kuat mendominasi negri

Dari pintu ke pintu resah anak negri menjalar bagai angin, menyelinap

Menyusup ke sudut-sudut ruang keprihatinan hati yang paling dalam!

 

Btm2015

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun