Sang pujangga, menata bunga dengan mata penanya
setia merawatnya dan menyiraminya dengan air jiwanya
hatinya bagai kicau murai menyambut bangkitnya pagi
sorot matanya tajam bagaikan gagak di ladang kematian
sang penata bunga, penjabar hati dari lembah kata-kata
pada gerimis yang tak sedih ia merenungi sunyi malam
menelusuri liku-liku jalan sunyi hingga ke ujungnya
lewat syair-syairnya tersingkaplah makna kesunyian
ketika jalannya tiba di puncak yang paling menggairahkan
dialah singa garang, melumat sunyi dalam satu terkaman!!!
Â
Btm2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H