"Kemanusiaan kita diuji bukan di saat segalanya berjalan lancar, tetapi di kala kita berhadapan dengan yang berbeda." – Mahatma Gandhi
Menghirup udara segar Cigombong, saya merasa waktu melambat. Jauh dari hiruk-pikuk Jakarta, ekskursi ke Pesantren Modern Daarul ‘Uulum Lido selama tiga hari dua malam menjadi perjalanan yang lebih dari sekadar kunjungan; ia adalah perjalanan ke dalam diri. Berada di tengah rutinitas yang tak biasa, saya belajar memahami makna keberagaman, kebersamaan, dan disiplin hidup dari mereka yang mungkin tampak berbeda, tetapi sejatinya serupa—sama-sama manusia yang mencari makna.
Melihat Dunia dari Perspektif Baru
Sejak hari pertama, kami disambut hangat oleh para santri. Ada rasa canggung, tentu saja. Kami, siswa SMA dengan kebiasaan khas anak kota dan gadget selalu di tangan serta gaya bicara yang sering kali santai, bertemu dengan mereka yang memiliki pola hidup berbeda. Mereka bangun sebelum fajar, menghafal ayat-ayat suci, dan menjalani hari dengan jadwal yang padat. Dalam kesederhanaan itu, ada kedamaian yang sulit dijelaskan.
Saya teringat ucapan salah satu santri saat kami berbincang di sela kegiatan: “Hidup di sini sederhana, tapi kami merasa dekat dengan tujuan kami.” Pernyataan itu membuat saya berpikir, apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup? Apakah kenyamanan, ataukah kedekatan dengan nilai-nilai yang kita yakini?
Disiplin yang Menginspirasi
Kehidupan di pesantren mengajarkan saya arti disiplin yang sebenarnya. Setiap kegiatan mereka terencana dengan baik, dari waktu salat berjamaah hingga belajar di kelas. Bangun sebelum subuh bukan hanya kewajiban, tetapi bagian dari perjalanan mereka untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Di malam pertama, saya ikut dalam pengajian bersama. Lantunan ayat-ayat suci bergema di aula besar, menciptakan suasana yang menenangkan. Dalam hening itu, saya merenungkan bagaimana kami, yang sering kali sibuk mengejar hal-hal duniawi, jarang memberi waktu untuk merenung dan bersyukur.
Kedisiplinan mereka bukan hanya soal rutinitas, tetapi juga soal sikap terhadap hidup. Mereka menjalani hari dengan tujuan yang jelas, sementara banyak dari kami, termasuk saya yang masih mencari-cari arah. Ada pelajaran penting di sana: hidup yang terarah adalah hidup yang lebih bermakna.
Merajut Kebersamaan di Tengah Perbedaan