Selain itu, mereka juga terlihat sangat antusias untuk mencari tahu mengenai perbedaan dalam agama kami. Selain mengajak kami melihat kebiasaan dan budaya di agama Islam, mereka juga bertanya dan membuka diskusi bagi kami yang beragama kristiani. Hal ini membuat kami tentunya merasa lebih dihargai dan terdorong untuk lebih menghargai mereka yang berbeda.
Perpisahan yang Mengenangkan
Hari terakhir tiba dengan cepat. Kami mengikuti kegiatan sholawat bersama para santri dari pesantren lain. Suara lantunan doa yang khusyuk membaur dengan udara pagi, menciptakan suasana yang begitu damai.
Saat berpamitan, ada senyum, tawa, bahkan air mata haru. Kami tahu, meski hanya tiga hari, hubungan yang terbentuk terasa mendalam. Pengalaman ini membuka mata kami, hati kami, dan memberi kami perspektif baru tentang kehidupan.
"Bukan panjangnya perjalanan yang penting, tetapi sejauh mana perjalanan itu mengubah kita."Â
Kami meninggalkan Pondok Pesantren Kebon Jambu dengan hati yang penuh. Kami bawa pulang ke Jakarta semua kenangan dan kebersamaan yang indah selama 3 hari, mulai dari es teh manis yang ditawarkan saat hari sedang sangat panas, tempat tidur yang hangat namun luas, dan makanan lezat yang tak kunjung habis. Dalam kesederhanaan mereka, kami menemukan pelajaran tentang rasa syukur. Dalam perbedaan kami, kami menemukan keindahan persatuan.Â
Seperti pelangi yang memiliki banyak sekali warna, kita ternyata hanya perlu mencari warna yang sama. Warna yang menghubungkan satu ujung dengan ujung yang lainnya, warna yang menggambarkan kesamaan kita sebagai manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H