Malam harinya, suasana menjadi lebih sakral. Kami mengikuti sebuah pertunjukan musik religius. Suara pujian kepada Tuhan menggema di udara malam, berpadu dengan suara instrumen sederhana. Meski awalnya kami merasa asing, lambat laun alunan itu membawa ketenangan, seakan meluruhkan jarak yang sebelumnya terasa jauh.
Puisi Reflektif
Di tengah malam yang tenang,
Suara memuji Tuhan menggema,
Kesederhanaan menjadi harta,
Dalam perbedaan, kami menemukan cinta.Â
- Ben Herdianto
Ketimpangan Pendidikan yang Mengusik HatiÂ
Hari kedua menjadi momen penuh refleksi. Kami bergabung dengan kelas-kelas di pesantren, duduk bersama para santri. Mereka belajar dengan semangat, meski fasilitas yang mereka miliki jauh dari apa yang biasa kami gunakan di Jakarta. Materi yang dipelajari mereka tentu sangat berbeda jauh dengan yang kami pelajari di kota besar. Materinya lebih sedikit dan lebih tertinggal dibanding kurikulum yang sudah ditetapkan.
Pendidikan di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Tanpa disadari, ketimpangan antara kota dan desa sangat nyata di depan mata kita. Menurut laporan UNESCO tahun 2023, daerah-daerah terpencil di Indonesia masih menghadapi keterbatasan akses terhadap pendidikan berkualitas. Masalah ini mencakup kurangnya tenaga pengajar yang memadai, fasilitas pendidikan yang terbatas, dan distribusi sumber daya yang tidak merata.
Hal ini harus menjadi perhatian utama pemerintah. Pendidikan yang tidak merata menjadi penghambat besar dalam pembangunan bangsa. Ketika sebagian besar anak muda di daerah tertinggal tidak memiliki akses yang setara, kita kehilangan potensi besar untuk kemajuan negara. Hanya dengan memberikan pendidikan berkualitas yang merata, kita dapat memutus rantai kemiskinan dan membangun masa depan yang lebih cerah.
Menyatu dalam Kehidupan PesantrenÂ
Setelah belajar bersama, kami beristirahat sejenak dan kemudian kembali berkumpul untuk mengikuti diskusi bersama para santri. Diskusi ini menjadi momen saling mengenal yang mendalam. Kami berbagi cerita tentang kehidupan di Jakarta, sedangkan mereka berbicara tentang perjuangan mereka menjalani hidup sebagai santri.
Banyak sekali pertanyaan yang mereka ajukan tentu menyentuh hati kami.Â
"Apa yang paling kalian syukuri di kota?"Â
"Bagaimana pandangan kalian terhadap kehidupan pesantren?"Â
Dalam percakapan ini, kami belajar bahwa meski banyak hal yang membedakan kami, tetapi ada satu yang menyatukan: mimpi akan masa depan yang lebih baik.