Mohon tunggu...
Beng Wenas
Beng Wenas Mohon Tunggu... -

Lahir di Makassar, bersekolah di Makassar, merantau ke ibukota, berkelana di negeri orang, melayani pada sesama manusia, dan berkarya buat Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Usman Harun, Si Pengecut dan Terorist?

9 Februari 2014   08:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Harian terkemuka Singapura, The Straits Times (ST) menyisihkan dua halaman penuh pada edisi Sabtu, 08 Feb 2014, yang membahas keberatan pemerintah Singapura terhadap penamaan KRI Usman Harun. Koran hari Sabtu biasanya adalah edisi yang paling digemari oleh masyarakat Singapura.

Kesan pertama setelah membaca artikel dan opini, maka pembaca telah di giring kepada suatu kesimpulan bahwa si Usman dan si Harun adalah tidak lebih dari seorang pengecut yang hanya berani membunuh warga sipil yang tidak berdosa. Mereka adalah para terrorist yang patut di gantung dan mereka sudah mendapat ganjarannya di penjara Changi, Singapura. Sebagai pemanis berita, harian ST mewawancarai (per telepon) anak salah satu korban pengoboban kantor HSBC Bank di McDonald House kawasan Orcard.

Artikel di ST mengutip komentar laman facebook dari petinggi negeri Singa ini. Dibagian lain, harian ini memuat opini dari warganya yang pada intinya mengatakan bahwa tragedi tersebut tidak bisa dilupakan oleh warga Singapura walaupun kita sudah memaafkan. Diusulkan pula supaya KRI ini tidak diijinkan masuk ke perairan Singapura jika dijalin kerjasama atau latihan perang bersama Antara kedua angkatan laut.

Sebagai penguat komentar dan opini, argument yang di paparkan bahwa pada saat itu tidak ada deklarasi perang dari pemerintah Indonesia, yang ada hanya kontfrontasi dalam skala rendah. Seandainyapun terjadi perang, anggapan mereka, militer tidak diperkenankan menyerang warga sipil. Maka sebagai kesimpulan, tindakan kedua prajurit marinir ini hanyalah tindakan terorisme.
Walhasil, generasi baru pemerintahan Indonesia saat ini, dinilai tidak sensitive dalam menjaring hubungan bilateral kedua Negara. Malahan, dengan penamaan kedua terrorist ini, Indonesia memberikan kesan bahwa Negara ini menjungjung nilai dan tindakan terorisme.

Sebagai penyeimbang berita, harian ST memberikan sedikit kolom yang mengutip berita diharian kompas dimana memberitakan penjelasan TNI AL bahwa penamaan KRI sudah sesuai tradisi dan tujuannya hanya satu: menghargai jasa para pahlawan. Suatu jawaban standard yang tidak di bumbui opini.

Didalam negeri, kita juga sedikit hiruk pikuk dengan episode ini. Para politisi senayan, pengamat dan lainnya dengan gaya elegannya mengatakan, kalau perlu kita bikin KRI Usman Harun II, ini adalah hak kita sebagai Negara berdaulat.

Perlu dicermati, apa sebenarnya yang menjadi alasan utama pemerintah Singapura mengangkat masalah ini dan menempatkannya sebagai hal yang demikian menggusarkan. Seperti saya katakan diatas, alasan utama mereka adalah luka lama dan aksi terrorist yang tidak patut di hargai. Namun demikian, kita tahu bahwa pejabat Singapura bukanlah politisi yang asal ngomong. Mereka selalu mengkalkulasikan pernyataaan mereka, bahkan wording merekapun sudah terukur. Mereka juga sudah pasti tahu, di kritik macam apapun, apalagi sampai di blowup di media, maka pemerintah Indonesia tidak mungkin merubah penamaan KRI tersebut (kecuali ada pejabat negeri kita yang benar benar sudah tidak mempunyai rasa malu dan martabat sebagai manusia merdeka yang menggoyangkan ekornya terhadap “tekananan” luar negeri).

Jika pihak Singapura sungguh sungguh tidak menginginkan penamaan KRI ini degan nama Usman Harun, harusnya mereka sudah melobi pemerintah Indonesia dengan diam-diam, tanpa diblowup ke media, jauh hari sebelum penamaan ini di finalisasi. Pihak Singapura pasti sudah punya data intelligent tentang berapa KRI yang akan di beli. Penamaan KRI pun sebenarnya bukanlah data yang rahasia sekali. Jadi, sangat besar kemungkinan pihak Singapura sudah bisa mengetahui jauh hari sebelum nama Usman Harun akan digoreskan di lambung kapal KRI. Mengapa sekarang baru di permasalahkan?

Apakah ini hanya bentuk latihan diplomasi luar negri dari Singapura dan untuk mengetes bagaimana respond politik luar negeri Indonesia. Apalagi menjelang pemilu, dibutuhkan penakaran untuk melihat sejauh mana atau kearah mana para diplomat Indonesia. Isyu ini cukup gurih untuk di goreng sebagai konsumsi politik dalam negeri Singapura. Bisa diharapkan nasionalisme akan tumbuh, dan sebagai ganjalannya adalah pemerintah Singapura di sokong oleh rakyatnya. Isyu ini walaupun gurih, tapi tidak terlalu membahayakan secara fisik maupun keuangan Negara. Dipihak lain, dengan melancarkan serangan kepada Indonesia dengan melebelkan pahlawan Indonesia sebagai pengecut dan terrorist, mereka menantikan reaksi Indonesia dalam hal ini, untuk di nilai dan dipelajari.

Reaksi Indonesia sangat di nantikan sebagai bahan pembelajaran buat para diplomat muda Singapura di masa mendatang. Sehingga jika suatu saat nanti ada issyu yang benar-bena krusial (yang berdampak pada ancaman fisik dan keuangan Negara) maka mereka bisa mengantisipasi nya. Selain itu, dari komentar dan reaksi para pejabat, politisi dan militer Indonesia, mereka bisa mempetakan siapa-siapa mereka dan sikap politik mereka.

Karenanya, para bapak dan ibu penguasa Indonesia, reaksi bijak dan terhormat anda dibutuhkan dalam hal ini. Merdeka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun