Bagi seorang peneliti, setelah berhasil menyelesaikan sebuah penelitian, ada satu fase yang tak kalah pentingnya yaitu mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal internasional bereputasi. Dengan mempublikasikan hasil penelitian maka para pakar di bidangnya akan memberikan review yang menambah khasanah ilmu pengetahuan sehingga memberikan manfaat bagi bagi bidang penelitian yang diteliti.Â
Publikasi sebuah penelitian di tingkat internasional pun kerap menjadi indikator dari produktivitas sebuah negara-bangsa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan gencarnya sebuah institusi, negara atau bangsa melakukan publikasi di jurnal internasional bereputasi maka akan membuktikan seberapa besar concern mereka terhadap bidang keilmuan yang tujuan akhirnya adalah memberikan manfaat bagi bidang yang diteliti.Â
Saat ini tingkat publikasi internasional Indonesia di tingkat internasional dari tahun ke tahun memang menunjukan perkembangan. Berdasarkan data yang dirilis oleh Risbang Ristekdikti, publikasi internasional di database internasional bereputasi seperti Scopus hingga April 2016 tercatat sebanyak 29.624 publikasi, lain halnya dengan database internasional bereputasi lainnya yaitu Web of Science yang merilis data hingga April 2016 total publikasi yang dihasilkan dari Indonesia adalah sebesar 17.636 publikasi.Â
Angka tersebut memang masih kalau jauh dibandingkan dengan negara serumpun ASEAN seperti Malaysia yang berhasil menorehkan 142.894 publikasi di Scopus dan 89.422 publikasi di Web of Science, atau Thailand dengan 73.751 publikasi di Scopus dan 55.292 publikasi di Web of Science hingga April 2016.Â
Rendahnya produktivitas dalam meneliti dan mempublikasikan sebuah penelitian akan memberikan dampak terhadap rendahnya daya saing bangsa di dunia internasional, sehingga secara tidak langsung tentu berpengaruh pada laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah sendiri melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menargetkan di tahun 2019 jumlah publikasi Indonesia yang bereputasi internasional harus bisa dicapai lebih dari 30.000 publikasi.Â
Kenapa? jelas kalau kita lihat sebenarnya banyak banget SDM Indonesia yang ptensial terutama jabatan fungsional dosen, peneliti dan mahasiswa S3 yang punya kewajiban untuk mempublikasi karya ilmiahnya sebagai persyaratan kenaikan jenjang jabatan dan kelulusan. Terlebih jumlah dosen di Indonesia tercatat sekitar 250.000 dosen yang sebetulnya berpotensi mempublikasikan lebih banyak karya ilmiah internasional.Â
Untuk lebih menggenjot tingkat publikasi ilmiah Indonesia, Kemenristekdikti telah mengeluarkan payung hukum lewat Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor. Di pasal 4 disebutkan bahwa (kurang lebih isinya sebagai berikut):Â
- Bagi dosen yang memiliki jabatan akademik Lektor Kepala harus menghasilkan: paling sedikit 3 karya ilmiah yand diterbitkan dalam jurnal nasional terakreditasi ATAU paling sedikit 1 karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal internasional dalam kurun waktu 3 tahun
Selain mewajibkan dosen untuk melakukan publikasi ilmiah, bentuk penghargaan dari pemerintah atas upaya penulis untuk mempublikasikan di jurnal bereputasi internasional pun sebenarnya sudah diupayakan lewat program insentif publikasi internasional yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kementerian Keuangan (LPDP), dan setiap institusi yang mengalokasikan anggarannya dengan harapan bisa menjadi motivasi bagi peneliti untuk menulis di jurnal internasional bereputasi sehingga dapat memberikan peningkatan publikasi ilmiah Indonesia di tingkat internasional.Â
Salah satu penyebab minimnya angka publikasi ilmiah internasional Indonesia jika dibandingkan dengan negara maju terlebih negara tetangga adalah kurangnya bimbingan publikasi internasional yang diperoleh oleh peneliti. Untuk dapat mempublikasikan sebuah penelitian di jurnal internasional ada banyak sekali kriteria, aturan maupun kaidah yang harus diikuti.Â
Metodologi penelitian serta teknik penulisan juga menjadi masalah yang belum banyak dipahami oleh penulis di Indonesia. Tidak banyak dosen ataupun peneliti yang memperoleh bimbingan untuk memahami hal ini. Berdasarkan berbagai penuturan para alumni program doktoral Monash University yang saya peroleh, selama mereka menimba perkuliahan di Monash University - Melbourne Australia, banyak kajian keilmuan khususnya terkait metodologi penelitian yang didapat dari para profesor pembimbing penelitian mereka.Â