Berjalan melewati sisi bekas aliran belerang yang menjadikan pepohonan disana mengiring dan tidak bisa bertumbuh lagi tempat ini didebut hutan mati seluruh pepohonan disini mengering dan mati tidak ada warna hijau dari pohon hanya batang batang yang tegak lurus menjulang ke atas.
Dari Kawasan hutan mati lanjut menyusuri sebelah timur untuk menuju arah tegal alun kurang lebih perjalanan 30 menit karna pasti banyak istirahatnya dan jalur yang curam yang hanya bisa dilewati 1 orang saja, selesai jalur curam sampailah kita di padang edelwais yang luas nya sekitar 35 hektar hanya terlihat bunga abadi saja di sepanjang mata saya melihat sungguh pemandangan yang menyejukan hati dan benar benar menjernihkan fikiran yang penat dengan bisingnya ibukota.
Berjalan tidak terlalu jauh kami duduk dan menyeduh kopi untuk berbincang bincang, yaa memang hanya ini rutinitas biasa di gunung ngopi ngopi dan berbincang santai dikelilingin dengan hamparan luas padang edelwais yang terbesar se-Asia tenggara. Waktu menunjukan pukul 10.00 langsung saya dan tim turun dari tegal alun.
Puas menikmati hamparan luas edelwais bergas untuk kembali turun ketenda untuk priper pulang, tim saya bagi tugas ada yang membongkar tenda dan alat alat ada yang memasak, selesai semua kami makan agar mendapat tenaga untuk berjalan pulang. Sudah makan barang barang rapih sudah masuk di carriel masing masing, kami berdoa agar selamat dan tidak terjadi apa apa ketika jalan pulang.Â
Jalur pulang yang kami lalui tidak melewati jalur naik yang cukup memakan waktu, jadi kami menggambil jalur wisata yang hanya melihat kawah dan hutan mati, lagi lagi adalah hal yang benar benar kami benci yaitu anak tangga kali ini mau tidak mau kami melewatinya, sampai sampai gemetar kaki saya setelah melewati anak tangga yang tidak bisa saya hitung berapa banyak itu, singkat memang untuk efisiensi waktu dari pada jalur naik. Kami membutuhkan waktu hanya 2 jam dari tempat camp sampai ke pos awal yaitu camp davit.
Sampainya di camp davit langung bergantian untuk membersihkan diri agar tidak dekil saat pulang nanti, ada pengalaman saya karna sudah mengejar waktu dan bus saya dan teman saya tidak mandi tau lah digunung sudah pasti tidak sering  mandi dan harumnya seperti apa, sampai sampai orang disamping saya  yang dalam satu bus waktu itu menutup hidung nya lasung seketika itu pura pura saja saya tidur dan tidak mau melihat setuasi disekitar. Selesai semuanya membersihkan badan mereka dan sudah fres sedia kala, saya melapor untuk pulang di pos camp davit agar tercatat kalau tim kami sudah melakukan pendakian dan kembali utuh semua.
Mobil bak terbuka sudah menunggu angkutan yang diharuskan saat mendaki gunung papandayan sebab kalau kita jalan dari camp davit lama pastinya jadi ambil yang efisien waktu walau harus merogoh kantong dalam dalam.Â
Perjalanan dari camp davit sampai pertigaan cisurupan memakan waktu 40 menit disana begitu pula sudah menunggu anggkutan yang akan mengantar kami ke terminal bus Garut, seperti sudah di koordinir oleh masyarakat daerah sekitar sini. Perjalanan dari cisurupan memakan waktu 1 jam 30 menit lumayan untuk memjamkan mata. Sampai lah di pemberhentian terakhir Terminal Bus Garut berat rasanya kembali dan melihat bisingnya rutinitas ibukota tapi mau gimana lagi kami bukan menetap di gunung papandayan. Sampainya di Terminal pukul 17.30.
Dari Teminal Bus Garut kami naik bus jurusan Cililitan, bus berangkat pukul 19.00 cukup untuk membeli snak untuk pebekalan selama di bus kalau kalau nanti kelaparan saolnya jarak tempuh yang lumayan lama sekitar 4 -- 5 jam perjalanan itu juga kalau tidak macet soalnya weekend jalur pulang pasti padat.Â
Berangkat lah bus dari terminal Garut melihat bayangan Gunung papandayan yang tertutup oleh awan hitam tanda malam sudah datang. Sampai lah di Jakarta waktu tepat perkiraan pukul 24.00 langsung saja saya memesan jasa online menggunakan aplikasi. Barang barang semua dikumpulkan di basecamp dan kami kembali kerumah masing masing dengan manatap kembali rutinitas sehari hari di ibukota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H