Mohon tunggu...
Benediktus Krisna Yogatama
Benediktus Krisna Yogatama Mohon Tunggu... -

profil lama, tapi baru aktif lagi. Jadi saya terhitung newbie. Pewarta berita kemarin sore :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Yang Palsu Lagi Laku

28 Juli 2016   19:54 Diperbarui: 28 Juli 2016   20:09 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisnis pemalsuan saat ini sedang populer. Belum selesai kegegeran akibat peredaran vaksin palsu, kini muncul lagi kartu BPJS palsu. Masyarakat marah dan resah, karena pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan hajat hidup semua orang. Namun, jika ditilik betul-betul, pada dasarnya orang Indonesia itu punya kecenderungan suka yang palsu-palsu.

Pada Rabu (22/6/2016) Bareskrim Polri mengungkap adanya peredaran vaksin palsu di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan menangkap tujuh tersangka. Sejak saat itulah isu vaksin palsu merebak.

Informasi yang berkembang kemudian, vaksin itu sudah beredar sejak 2003 hingga saat ini. Bahkan, vaksin palsu diduga sudah tersebar di sembilan provinsi di Indonesia.

Kemudian pada  Kamis (14/7/2016), dalam rapat antara Kementerian Kesehatan dan Komisi IX DPR, diungkap ada 14 rumah sakit dan delapan bidan di Jakarta yang menggunakan vaksin palsu. Warga menyerbu rumah sakit. Mereka menuntut diadakan pemeriksaan ulang, vaksin ulang, dan meminta uang pertanggungan dari RS.

Sampai saat ini pihak pemerintah belum juga membuat daftar lengkap nama anak-anak yang diimunisasi pada di RS dan bidan tersebut pada periode itu. Pemerintah juga belum mengungkap seluruhnya, dimana faskes di provinsi selain Jakarta yang melakukan praktik vaksin palsu.

Sunggu keji dan tak berperasaan para pelaku itu. Anak-anak balita diberikan antibodi palsu dari berbagai penyakit kronis yang mungkin bisa menyerang mereka ketika mereka tumbuh dewasa. Kalau beberapa tahun ke depan (amit-amit jangan sampai kejadian) ada bencana polio masal, bisa jadi adalah mereka anak-anak yang dapat vaksin palsu.

Seakan tidak ada ruang untuk bernafas, warga kembali diresahkan dengan peredaran kartu BPJS palsu. Modusnya, warga ditawari iming-iming pembuatan kartu BPJS dengan sejumlah. Namun saat mereka ke faskes, kartu itu ditolak lantaran palsu. Bayangkan anda sudah terbujur lemah, sakit, tidak memiliki cukup uang untuk berobat, kartu BPJS tentu bisa hadir sebagai solusi. Bagaimana kemudian, dalam kondisi seperti itu, kartu BPJS anda ditolak karena palsu?

Doyan palsu

Pemalsuan urusan layanan kesehatan memang mengerikan dan sungguh sebuah kejahatan yang kejam. Warga marah karena semua kepalsuan ini. Tapi ironis, kalau dilihat dengan jernih betul, sebetulnya orang Indonesia itu sukanya yang palsu-palsu.

Coba tengok, dunia hiburan kita. Banyak sekali publik figure yang melakukan operasi palsu untuk memperbaiki dan mempercantik dirinya. Semua semata demi bisa memikat warga.

Coba cek gawai anda, tengok berapa banyak orang-orang yang menjajalkan dagangannya yang palsu di situs-situs dagang online. Bagusnya, mereka sejak awal mendeklarasikan bahwa barang yang mereka jajalkan memang palsu. Jadi kalau orang yang mau beli barang itu, orang tersebut secara sadar mengiyakan bahwa mereka doyan palsu. Ya mungkin juga karena impian tidak diimbangi dengan kekuatan ekonomi, ya begitulah orang menjatuhkan pilihan.

Bersumber dari hal-hal itulah, maka tak heran, ada sejumlah oknum yang melihat adanya ‘peluang’ menjajalkan barang-barang palsu. Mungkin barangkali demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun