Mohon tunggu...
Benedita Caroline
Benedita Caroline Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

be happy

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sejarah UMKM GOR Klebengan, Yuk Mengenal Lebih Dalam!

21 Mei 2022   21:49 Diperbarui: 21 Mei 2022   21:54 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sih yang tidak tau street food GOR Klebengan? Mahasiswa-mahasiswa rantau sebagian besar saya tebak mengenal street food yang ada di Gor Klebengan, apalagi warga Jogja pasti mengetahui UMKM tersebut.

Street food GOR Klebengan ini beralamat di Jalan Agro, Karang Gayam, Caturtunggal, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya ada di depan GOR Klebengan itu sendiri dan buka mulai dari pukul 4 sore hingga 11 malam atau beberapa pedagang berjualan hingga dagangannya habis. Street food ini menjual berbagai jenis makanan seperti makanan Jepang (takoyaki, sushi, dll), Korea (toast, corndog, tteobokki, dll), Indonesia (sate padang, batagor, roti bakar, tahu walik, cilor, telur gulung, dll), China (dimsum, bakpao, dll) dan lain sebagainya yang sedang viral atau yang banyak penikmatnya ditambah dengan harganya yang sangat terjangkau yaitu dengan kisaran 1.000 hingga 25.000 rupiah maka dari itu tak dipungkiri bahwa street food GOR Klebengan tak pernah sepi dari pelanggan terlebih pelanggan yang berdatangan adalah para remaja mahasiswa.

Komunitas GOR Klebengan ini terbentuk pada tahun 2019. Diawali dengan adanya pedagang-pedagang rumahan yang berjualan di sekitaran GOR Klebengan, dimana para pedagang tersebar di sekitaran GOR tersebut ada yang berdagang di jembatan dekat selokan, di pinggir selokan, deretan dengan gapura GOR Klebengan, dan sekitarnya. Hingga semakin bertambah banyak pedagang-pedagang individu yang ikut berjualan disekitaran GOR yang menyebabkan timbulnya polemik seperti adanya kemacetan karena pedagang yang berjualan tidak terstruktur di tengah kondisi jalan yang sempit dan ramai karena posisi lapak yang dekat dengan kampus dan GOR Klebengan yang tidak pernah sepi. Selain itu sebelum dibentuknya PPSMK (Paguyuban Pedagang Selokan Mataram Klebengan) sampah yang dihasilkan oleh para pedagang sangat tidak kondusif dan membuat sekitaran GOR Klebengan menjadi kotor. Setelah mengamati kondisi GOR Klebengan yang tidak mendukung, sehingga para pedagang-pedagang individu ini dirangkul oleh kepala RW (Rukun Warga) setempat dan diberikan fasilitas bagi para pedagang.

dokpri
dokpri


Sebelum terbentuknya PPSMK jumlah anggota pedagang sebanyak 14 pedagang, kemudian setelah pengelola membuka lowongan pedagang untuk membuka lapak disekitaran GOR Klebengan sebanyak 7 pedagang sehingga menjadi 21 pedagang, lalu dengan total 21 pedagang tersebut pengelola membentuk paguyuban bagi para pedagang dengan nama Paguyuban Pedagang Selokan Mataram Klebengan dan menambah kembali 9 lapak baru hingga saat ini menjadi 30 lapak bagi pedagang individu yang berjualan di street food GOR Klebengan. Dengan begitu, dibentuknya UMKM PPSMK GOR Klebengan dapat membantu dan menyejahterakan para pedagang-pedagang individu guna meningkatkan pemasukan serta struktur perekonomian dan usaha yang dijalankan dapat tercapai dengan baik.

Dari permasalahan-permasalahan yang ada sebelum terbentuknya PPSMK GOR Klebengan, kita dapat membayangkan permasalahan mengenai sampah-sampah yang berserakan dan terjadinya kemacetan. Permasalahan tersebut dapat ditilik dan diselesaikan dengan menggunakan metode pohon masalah yang dipaparkan Widianto (2011).  Benar adanya, jika dilihat dari aspek geografis, kondisi jalan tempat lapak para pedagang memang kecil ditambah padatnya jalanan sekitar GOR Klebengan.

Untuk menanggulangi permasalan-permasalahan tersebut melalui metode pohon masalah, seperti permasalahan sampah setelah terbentuknya PPSMK GOR Klebengan menjadi lebih terurus seperti dengan adanya iuran setiap harinya untuk kebersihan lapak. Hanya saja, untuk aspek geografis di PPSMK GOR Klebengan masih menjadi permasalahan karena kecilnya jalanan lapak tersebut. Serta mata pencaharian yang kurang merata sehingga keramaian pelanggan sangat signifikan.

DAFTAR PUSTAKA


Widianto. (2011). MANAJEMEN TANAH BERLANJUT (Sustainable Soil Management ); Analisis Masalah dan Akar Masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun