Mohon tunggu...
Benediktus SipandiGinggar
Benediktus SipandiGinggar Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Mahasiswa STFT Widya Sasana Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kaum Biarawati dengan Dunia Saat Ini

6 Februari 2021   08:21 Diperbarui: 6 Februari 2021   08:25 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

TUNTUTAN  KAUM BIARAWATI DI MASA PANDEMI PADA ERA DIGITAL

(Oleh : Sr. Efrida, SSpS, Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

            Kaum biarawati adalah perempuan-perempuan yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan hidup untuk melayani Tuhan dalam diri sesama melalui karya kerasulan yang beredar di masyarakat. Unit karya yang dikelola biasanya pada  bidang pendidikan, kesehatan, pastoral dan bidang sosial. Sejak awal  kaum biarawati memiliki peran penting dalam menyukseskan misi Gereja di dunia meskipun bukan termasuk susunan hierarkies Gereja. 

Biarawati memiliki cara hidup yang berbeda  dari kebanyakan perempuan (hidup selibat), corak kehidupan kaum biarawati tergambar jelas dalam pelayanan mereka  yang selalu siap sedia melayani tanpa mengharapkan apa-apa selain berkenan kepada Tuhan. Bukan berarti kehidupan kaum biarawati tertutuo dari dunia luar.  Cara hidup seperti ini tetap ada sampai pada zaman milenial dan tidak menutup kemungkinan dari hari ke hari banyak gadis  yang terus mau menyerahkan dirinya untuk Tuhan. Inilah kaya Allah serta daya Roh Kudus yang menakjubkan.

            Sebagai seorang biarawati yang hidup di era digital dengan situasi pandemi saya mencoba menaggapi keadaan  ini  dengan melihat peran dan tuntutan kita dalam menghadapi situasi dunia sekarang ini. Apakah pandemi ini membuat kita sebagai kaum biarawati terus diam di rumah  dan mengeluh begitu saja? Bagaiman tanggapan kita sebagai kaum yang berkaul dan hidup berdasarkan konstitusi kongregasi dalam menaggapi era digital? Apakah perubahan dan kemajuan teknologi dunia melenyapkan eksistensi kita sebagai kaum yang terpengaruh di masa lalu? Ataukah situasi ini menjadi peluang bagi kita untuk menghantar manusia mengenal, mencintai dan memuliakan Allah?

Pandemi Covid-19 masih menjadi kendala bagi semua negara. Penyakit Corona Virus 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular  yang disebabkan oleh sindrom  pernapasan akut  corona virus 2 (SARS-CoV-2) sehingga berdampak buruk bagi aktivitas normal masyarakat. Dilihan dari jumlah kasus menurut data Worldometers, Selasa (26/01/2021) sore, Indonesia kini berada di tingkat empat sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di Asia. 

Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah untuk menekan penularan virus ini seperti; Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sekolah secara online, menggunakan  protokol kesehatan yang ketat dan yang paling booming sekarang adalah pemberian  vaksin bagi seluruh masyarakat Indinesia. Pada kenyataannya, semua itu tetap tidak membebaskan seseorang dari penularan virus corona yang mematikan ini. Dari hari ke hari kasus infeksi virus corona semakin meningkat bahkan mungkin pandemi ini tidak akan pernah berakhir melainkan  menjadi penghuni tetap dunia.

Sejak virus corona muncul aktivitas kita mulai berubah tentunya kita tidak bebas seperti yang biasa kita lakukan seperti sebelum-sebelumnya. Situasi pandemi ini membuat aktivitas di luar rumah dikurangi. Hal yang paling ekstrim perubahannya adalah sekolah-sekolah ditutup, pelayanan terhadap umat dikurangi dan pelayanan di rumah sakit penuh dengan kecemasan karena takut tertular virus dari pasien. 

Peran kita sebagai kaum biarawati yang memiliki unit karya  tentu sangat terganggu dalam pelayanan. Kita terus  berpikir dan berusaha keras untuk berbuat sesuatu, mencari cara memulai sesuatu yang baru agar semuanya tetap berjalan tanpa kehilangan mutu.

Hemat saya kita selaku kaum biarawati perlu berperan lebih agar eksistensi kita  tetap terjaga di masyarakat. Sekarang adalah kesempatan baik yang Tuhan berikan, tinggal  bagaimana kita  menata dan mengelola apa yang dipercayakan-Nya kepada kita. Dalam situasi ini kita memiliki beberapa karya kerasulan untuk itu kita  dituntut untuk melaksanakan peran tambahan dalam tugas kita  selain berdoa. 

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan pada masa pandemi  ini pertama, selain menjalin relasi yang intim dengan Tuhan perlu menjalin kerja sama yang harmonis dengan  kolega di setiap unit karya agar  dapat tercapainya tujuan dan pemenuhan target dalam setiap bidang karya kerasulan baik pada bidang  pendidikan  maupun bidang lain. 

Kedua, kita mesti  memiliki tanggung jawab lebih dalam memastikan kualitas pelayanan serta lebih mementingkan keselamatan  mereka yang dilayani secara fisik dan psikis. 

Ketiga, memberikan pemahaman dan pendekatan yang intensif terhadap keluarga-keluarga atau masyarakat  guna memahami sekaligus mentaati semua protokol kesehatan. 

Keempat,mesti berwawasan luas (selalu update) agar tidak ketinggalan dengan perubahan dunia era digital saat ini serta mampu memberi teladan yang baik bagi masyarakat dalam perilaku sehat. Dengan demikian akan semakin banyak orang yang diselamatkan dan kerajaan Allah tetap dirasakan oleh semua orang pada zaman ini.

Dari beberapa tuntutan  yang saya temukan di atas sekali lagi kaum biarawati perlu terbuka terhadap perubahan dalam era kenormalan baru yang mau tidak mau  harus dijalani. Diperlukan sinergi juga kebersamaan untuk  menjalin kerja sama yang baik dengan rekan kerja, dengan pihak pemerintah juga dengan instansi lain agar unit karya  kita bisa bangkit dan menjalani pola hidup baru yang adaptif. 

Bagaimanapun juga masyarakat harus dilayani dan tentunya diperhatikan kesehatannya. Dan, di sini yang paling penting adalah menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kaum biarawati dalam menangani dan mengelola suatu instansi yang kualitasnya tidak diragukan sejak dahulu.

Dalam pelayanan sekarang teknologi memiliki peran penting karena dapat memberikan kemudahan  dalam mengakses informasi yang ada secara cepat serta dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Pertumbuhan teknologi yang tumbuh secara pesat tentunya membawa banyak pengaruh positif dan negatif bagi kita, untuk itu perlunya kontrol diri dan memiliki kesadaran bahwa kita adalah kaum biarawati yang berkaul dan dikendalikan oleh konstitusi. 

Dari kesadaran itu, menurut saya dalam menaggapi era digital kita perlu berselancar ke dunia maya untuk belajar menghindari diri dari ketertinggalan penggunaan teknologi, pengetahuan dan penemuan-penemuan baru di dunia. Penggunaan gadget bukan lagi hal yang perlu dihindari karena  dianggap dapat "membunuh" panggilan sebab dari gadget kita bisa mengetahui segalanya.

Contohnya saja di Eropa sudah berlaku revolusi industri 4.0 dimana segala sesuatu mengandalkan penggunaan mesin dan teknologi canggih dalam proses produksi dan output. Pada era ini, perkembangan industri perlahan mulai menyentuh dunia virtual. Jika kita kaum biarawati menutup diri atau   tidak turut berselancar di dunia maya kita akan gagap menghadapi teknologi di masa yang akan datang. Yang terpenting adalah kita memiliki minsed yang sehat.

Akhirnya saya mengajak kita untuk menyadari peran kita sebagai biarawati pada situasi ini, terbuka terhadap perkembangan teknologi, selalu berkobar  dalam  memperjuangkan kerajaan Allah  di dunia melalui kesaksian hidup yang penuh semangat dalam pelayanan. Semoga Roh Kudus mendayai  kita serta memberi kita  ide-ide kreatif agar peran kita sebagai kaum biarawati dalam menanggapi dunia zaman ini semakin berkenan pada Tuhan. Vivat!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun