Memiliki anak bukan satu-satu tujuan perkawinan
Masih ada tujuan yang lain yaitu, pemenuhan kebutuhan seksual dan kebahagiaan suami dan isteri
Salah satu tujuan perkawinan ialah memiliki anak. Anak sering disebut penerus atau pewaris keturunan. Dalam masyarakat atau agama tertentu, mandul adalah aib. Hal ini tidak sepenuhnya salah. Sebab keyakinan bahwa anak adalah tujuan perkawinan sudah menjadi hukum atau tradisi.
Anak adalah buah cinta antara suami dan isteri. Memiliki anak adalah kebahagiaan besar bagi sebuah pasangan. Cinta suami dan isteri lewat perkawinan menjadi lebih sempurna dengan kehadiran anak-anak.Â
Di sisi lain, banyak pasangan yang rindu memiliki buah hati, tetapi kerinduan itu tidak pernah terwujud, entah karena mandul atau penyakit lainnya. Maka, anak selain buah cinta suami dan isteri, sering juga disebut titipan Tuhan atau anugerah Tuhan.
Namun dalam masyarakat, ada pasangan yang memutuskan untuk tidak memiliki anak. Walau jumlah yang sangat sedikit, tetapi memberi gambaran bahwa memiliki anak bukan satu-satunya tujuan perkawinan. Memiliki anak hanya salah satu dari tujuan perkawinan.
Memiliki Anak itu Pilihan
Kita sering mendengar bahwa hidup ini pilihan. Begitu juga memiliki anak adalah pilihan dari pasaNgan yang menikah. Sebuah keluarga yang pernah saya jumpai di Kota Malang memutuskan untuk tidak memiliki anak. Mereka tampak mesra sebagai pasangan walau usianya tidak muda lagi.
Mereka jujur mengatakan bahwa hidup sebagai suami dan isteri tidak harus memiliki anak. Alasannya ialah ingin lebih bebas, ingin menghabiskan lebih banyak waktu berdua dan lebih intensif dalam pelayanan terhadap sesama.Â
Bagi orang kebanyakan alasan mereka mungkin aneh bahkan konyol, tetapi itulah pilihan. Setiap orang atau setiap pasangan berhak memilih yang terbaik bagi  mereka.
Pemenuhan Kebutuhan seksual
Tujuan lain dari perkawinan ialah pemenuhan kebutuhan seksual. Tujuan dari perkawinan ialah agar hasrat seksual yang dimiliki baik laki-laki maupun perempuan terpenuhi. Hasrat seksual adalah kebutuhan biologis yang ada dalam setiap pribadi yang selalu ingin dipenuhi lewat pasangannnya.
Dengan lembaga perkawinan, seksualitas perempuan dan laki-laki tidak menjadi liar dan semberono. Tetapi, perkawinan mengikat mereka untuk mencintai hanya seseorang dalam hidupnya dengan pemberian diri yang utuh dan total.
Harus dikatakan juga bahwa pemenuhan hasrat seksual dalam perkawinan tidak  harus selalu menghasilkan anak. Tetapi untuk kebahagiaan suami dan isteri. Lagi-lagi, anak bukan satu-satunya tujuan perkawinan.
Kebahagiaan Suami dan Isteri
Perkawinan, selain sebagai pemenuhan Kebutuhan seksual perempuan dan laki-laki, tujuan lain dari perkawinan ialah kebahagiaan suami isteri. Kebahagiaan pasangan yang menikah itu bukan terutama karena memiliki anak. Dan memiliki anak bukan keharusan, juga bukan hak kita seutuhnya.
Ada banyak orang yang tidak memiliki anak, tetapi hidupnya bahagia. Bagi saya, kebahagiaan suami isteri itu terutama terletak pada penerimaan diri dan pasangannya. Kalau hal itu terjadi dalam hidup rumah tangga, maka pasangan bisa memutuskan yang terbaik bagi keduanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H