Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Freelancer - freelanecer

Menulis ialah caraku mengasah kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Kita Perlu Bertanya?

10 November 2018   16:29 Diperbarui: 10 November 2018   16:42 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rene Descartes pernah mengatakan Cogito ergo sum, saya berpikir maka saya ada. Ketika orang berpikir pasti ia bertanya. Di sanalah kesadaran muncul. Menerima begitu saja sesuatu adalah sebuah hidup yang tanpa melihat dan menanyakan banyak hal.

Sesungguhnya pengetahuan dan kebijaksanaan lahir dari pertanyaan. Ketika orang bertanya tentang hidup tidak berarti menguarangi nilai kehidupan yang ia hidupi, malah menambah sebuah semangat baru terhadap nilai kehidupan itu sendiri. Pertanyaan memunculkan berbagai jawaban.

Bertanya adalah sebuah aktivitas. Aktivitas yang bisa dilakukan setiap hari. Bertanya apa saja yang penting bisa dijangkau oleh pikiran. Bahkan pertanyaan yang mungkin tak bisa dijawab sekalipun. Orang yang bertanya akan selalu menyadari kehidupan.

Kesadaran bagi Descartes ialah ketika orang berpikir. Ketidaksadaran dengan demikian terjadi saat orang tidak bertanya dan menerima begitu saja sebuah realitas. Bertanya melahirkan segudang kebingungan dan kekaguman.

Ketika orang bertanya, ia sedang membawa realitas ke dalam pemikirannya. Hasil dari pertanyaan itu kadang bisa dijawab dan orang puas dan kadang pula tak bisa dijawab. Orang dibawa pada sebuah pengalaman kebingungan dan keterbatasan.

Begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Pertanyaan itulah yang terus menghantui pemikran seseorang. Maka ketika orang selalu berada dalam keadaan menanyakan sesuatu berarti orang sedang menyadari kehidupan ini.

Objek dari pertanyaan adalah kebenaran. Orang yang bertanya ingin mengetahui kebenaran. Kebenaran itu selalu diburu dan dicari. Ketika kebenaran itu bisa dijawab, orang pun merasa puas karena bisa menemukan jawaban dari pertanyaan dari yang ditemukan.

Pertanyaan itu melahirkan pengetahuan. Pengetahuan itulah yang akan menghasilkan berbagai jenis buku. Lautan buku di pertiwi ini muncul karena faktor bertanya. Kapan pengetahuan itu mati? Jawabannya pada saat orang berhenti bertanya. Ketika orang berhenti bertanya berarti pengetahuan mati.

Maka salah satu faktor penyebab terjadi pengetahuan adalah bertanya. Kalau orang Indonesia mau menghasilkan banyak buku, maka pertama-tama yang dilakukan adalah bertanya. Bertanya apa saja baik itu yang buruk maupun yang baik.

Pertanyaan tidak selalu saat pelajaran atau kuliah. Segala sesuatu menjadi tempat orang bertanya. Ketika orang tidak bertanya pun menjadi sebuah kesempatan bertanya, kenapa aku tidak menanyakan sesuatu?

Di mana saja orang bisa bertanya. Karena waktu bertanya adalah satu hari penuh, satu kali dua puluh empat jam. Bahkan ketika orang tidak tidur pun bisa bertanya, kenapa tidak bisa tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun