Apa yang kemudian terjadi saat itu ialah kami harus memilih. Satu pengalaman yang menarik, yang saya pelajari dari seorang guru Biologi. Beliau mengatakan bahwa "Kamu harus berdoa pada Tuhan untuk memohon penerangannya. Kamu diberi waktu satu minggu. Minggu yang kedua, kamu harus sudah menentukan kelasmu di mana."
Memilih untuk masa depan tentu tidak mungkin dalam waktu satu minggu saja. Tetapi saat-saat yang menentukan itu, kami diminta bersandar sepenuhnya pada Tuhan yang kami imani. Dan ketika waktunya selesai, semua murid tidak lagi menghadap guru Bimbingan Konseling (BK).
Pertanyaannya ialah, apa langkah yang harus kita lsayakan agar kita memilih dengan tepat dan hati kita damai?
Pertama, memilih ialah melepaskan. Kita tentu sadar bahwa jika kita memilih yang satu, kita harus berani melepaskan yang lain. Seorang anak kecil tidak bisa menjadi rujuakan kita. Sebab seorang anak kecil, selalu ingin memiliki semuanya tanpa ingin melepaskan yang lain.
Ketika kita memilih kita harus terbuka untuk melepaskan yang lain, yang kita inginkan. Ketika kita memutuskan untuk memilih menikah dengan seorang wanita, keinginan untuk memiliki wanita idaman yang lain, harus kita tinggalkan. Begitu juga saat kita telah berkeluarga, keinginan untuk memiliki istri orang lain, tidak boleh kita pelihara terus.
Kedua, melihat peluang dan tantangannya. Pilihan apapun yang kita ambil selalu mempunyai risiko. Risiko yang muncul harus dihadapi. Sebab justru dalam tantangan atau risiko yang muncul, pilihan itu semakin dimurnikan.
Maka sangatlah penting untuk menerima risiko dari setiap pilihan kita. Dan yang lebih penting lagi ialah peluang apa yang bisa kita manfaatkan dari pilihan kita. Apa yang mesti kita harapkan dan tujuan apa yang yang hendak kita capai.
Ketiga, mengenal diri sendiri (Know Your Self). Semua orang tentu setuju bahwa orang yang tidak mengenal dirinya, sulit untuk menentukan apapun. Ia selalu bimbang dan ragu dengan segala hal dan cenderung menjadi orang yang tidak percaya diri. Mengenal diri sangatlah penting sebagai langkah awal untuk menjalankan hidup dengan baik. Saya ingat, seorang pujangga pernah menulis demikian, "Menjadi kudus ialah mengenal diri dan menerima diri apa adanya."
Mengenal diri berarti mengenal kelemahan dan kelebihan. Tentu tidak sampai pada perkara mengenal, tetapi menerimanya dan mengembangkannya. Itulah inti dari mengenal diri. Maka perkaranya tidak pernah diukur dengan berapa jumlah usia seseorang, tetapi sejauh mana ia masuk dalam inti dirinya. dan ini yang sering kali tidak mudah.
Keempat, discernment of Spirit. Iganatius dari Loyola mengajarkan kita bahwa dalam memilih kita harus mampu membedakan Roh yang sedang menggerakan kita. Cara kita membedakannya ialah melihat buah-buah dari Roh. Apakah buah-buahnya membawa kita ke hal-hal yang baik, atau tidak.
Membedakan Roh itu selalu dilakukan dalam doa. kata para pujangga, Doa adalah kunci membuka pintu surga. Doa pun bisa mengetuk hati Tuhan. Sebab doa ialah saat di mana kita berbicara dengan Tuhan.