Mohon tunggu...
Benedikta DindaDian
Benedikta DindaDian Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Fisip UAJY

Jurnalisme Multimedia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompas.id Bentuk Survival Kompas dalam Memepertahankan Eksistensinya di Dunia Jurnalistik

18 April 2020   23:11 Diperbarui: 18 April 2020   23:05 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses meyakinkan ini semakin diperkuat oleh adanya wabah Covid-19 yang sedang melanda Indonesia, karena jika kita tidak memiliki kompas.id harian kompas pastinya akan terhambat dari segi sumber daya manusia. Dengan begitu wartawan saat ini sudah mulai terbiasa bekerja dengan teknologi.

(Sumber gambar: kompas.id)
(Sumber gambar: kompas.id)

Mengikuti perkembangan media lain, Kompas sepakat untuk mengikuti pola New York Times baik dalam segi isi, model, maupun konten yang dibuat. Hal tersebut karena Kompas melihat NYT merupakan media yang berhasil mengembangkan subscriber, meskipun sumber daya yang dimiliki kompas tidak sebagus sumber daya yang dimiliki Kompas. 

Pertimbangan lainnya adalah New York Times memperhatikan dan mengutamakan kualitas isi berita yang baik karena memang wartawan NYT dalam seminggu hanya menghasilkan satu berita. Hal ini akan berbeda dengan media online yang dituntut untuk bisa menghasilkan 10 berita dalam sehari. 

(Sumber gambar : sains-kompas.com)
(Sumber gambar : sains-kompas.com)

Melihat masih banyaknya kelemahan yang dimiliki kompas, upaya yang bisa dilakukan kompas untuk mewujudkan hal itu adalah minimal dengan membuat berita yang benar, untuk menjaga kualitas Kompas. Kompas juga tidak menerapkan bahwa wartawan harus menghasilkan 10 berita bahkan lebih. 

"Saya pernah mencoba membuat 5 berita, sampai berita ke 5 itu sudah tidak benar. Seorang wartawan harus punya waktu untuk membaca, harus punya waktu nonton film, harus punya waktu bergaul. Bagaimana anda bisa bergaul kalau diharuskan membuat 10 berita sehari?" ujar Haryo. 

(Sumber gambar : kompas.id)
(Sumber gambar : kompas.id)

Beberapa hal yang dilakukan kompas tentunya sebagai upaya nya dalam pengembangan media berita agar lebih baik lagi. Banyak hal yang dipelajari kompas dengan tujuan berita yang dihasilkan bukan semata-mata untuk mencari sensasi melainkan mencari solusi. 

Inilah yang membedakan media kompas dengan portal media lainnya. Perubahan memang diperlukan untuk menjadi media yang lebih maju meskipun harus melalui perjuangan yang bisa dikatakan 'berdarah-darah'.

(Sumber gambar : Kompas.id)
(Sumber gambar : Kompas.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun