Mohon tunggu...
Benedikta AveMartevalenia
Benedikta AveMartevalenia Mohon Tunggu... Mahasiswa - 00's

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengenal Media Lama dan Media Baru

17 Maret 2022   11:41 Diperbarui: 17 Maret 2022   12:28 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sadarkan kamu bahwa saat ini jarang sekali terlihat pedagang koran di pinggir jalan maupun di pinggir toko? Ya, hal itu terjadi seiring perkembangan zaman yang yang mempengaruhi terjadinya perubahan dalam segala bidang kehidupan kita. 

Zaman dulu media lama masih berbentuk cetak atau analog, namun saat ini media sudah berkembang menjadi media digital atau sering kali kita dengar dengan istilah media baru.  

Menurut Arsyad (2002: 4) media merupakan jembatan antara jurnalis dengan masyarakat yang dipakai sebagai alat menyebarluaskan suatu informasi, gagasan, atau ide. 

Saat ini masyarakat tidak perlu repot-repot lagi mencari informasi dengan membeli koran, mencari siaran televisi, mencari sinyal radio, dan lain sebagainya. Hanya dengan menggerakkan jempol pada gadget saja, kita sudah bisa mendapatkan segudang informasi yang terhubung dengan jaringan internet. 

Informasi yang kita dapat saat ini bisa melalui media sosial seperti TikTok, Twitter, Instagram, dan lain-lain. Selain itu kita juga bisa melihat berita melalui website dari perusahaan media seperti Kompas.com, Detik.com dan maish banyak lainnya.

Mau tau gimana kelanjutannya? Yuk simak artikel berikut.. Selamat membaca..

Media Lama

Serangkaian proses produksi serta penyebaran informasi melalui media lama dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu media cetak seperti tabloid, koran, majalah. Sedangkan media elektroniknya seperti televisi dan radio. 

Media lama dan media baru memiliki karakteristik atau ciri-ciri masing-masing untuk membedakan antara keduanya. 

Berikut ciri-ciri atau karakteristik media lama:

  1. Informasi bersifat formal dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya

  2. Terikat waktu sehingga masyarakat harus menunggu kapan informasi tersebut tayang/cetak

  3. Komunikasi 1 arah artinya masyarakat tidak terhubung dengan media dan pengguna lain

  4. Sumber cenderung anonim 

  5. Lebih mengedepankan isi daripada kondisi yang terjadi saat itu


Media Baru

 

Saat ini istilah new media seringkali terdengar dimana-mana. Media baru  merupakan sebuah media informasi yang kontennya berupa gabungan antara teks/data, gambar, suara yang disimpan dalam bentuk format digital dan disebarluaskan melalui jaringan internet dan satelit (Flew, 2008:2-3). 

Adanya perubahan teknologi dalam media ini, maka konten yang disediakan oleh media baru dapat dilihat melalui media apapun yang harus terhubung dengan internet. Contoh media baru yang dimaksud seperti media sosial TikTok, Instagram, Twitter, dan lain-lain. Sehingga saat ini kita tidak perlu terikat ruang dan waktu hanya untuk mencari informasi. 

Berikut karakteristik atau ciri-ciri media baru:

  1. Informasi yang tersedia tidak formal dan sulit untuk dipertanggungjawabkan

  2. Informasi yang tersedia mudah dijangkau kapan saja dan dimana saja, tidak terikat waktu (jadwal)

  3. Terjadinya komunikasi dua arah antara pengguna lain dan media

  4. Mudah dan cepatnya memberikan feedback pada suatu informasi

  5. Banyaknya pilihan informasi yang tersedia sehingga memudahkan masyarakat untuk memilih.

Supaya memudahkan pembaca dalam memahami media lama dan media baru, berikut contoh konkrit media lama yang berevolusi menjadi media baru yaitu Tempo. Zaman dulu Tempo mengeluarkan media cetak Majalah Tempo dan Koran Tempo. Kemudian saat ini Tempo memiliki media siber yaitu Tempo.Co

Hadirnya media baru tentunya juga menimbulkan konsekuensi bagi jurnalis. Konsekuensi yang paling sering ditemukan yaitu adanya hoax. Jurnalis dituntut untuk cepat mempublikasi berita, maka tidak jarang ada berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Istilah yang populer yaitu kejar tayang. Dimana perusahaan media menuntut jurnalisnya untuk mempublikasikan berita atau konten sesuai jadwal yang sudah ditentukan misalkan 1 jam sekali atau beberapa jam setelah kejadian terjadi. 

Selain itu, jurnalis juga dituntut untuk berpikir lebih kreatif lagi, guna menarik minat para pembaca. Mudahnya membuat berita atau konten di media baru bagi masyarakat, membuat jurnalis "terancam" akan ide-ide kreatif. Misalkan harus mengemas berita atau konten yang sama dengan yang lain namun harus dibuat dengan sudut pandang yang berbeda. 

Supaya mempermudah membacanya, kalian juga bisa melihat infografis berikut:

Daftar Pustaka

Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Flew, T. (2008). New Media : an introduction. New York: Oxford University Pers.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun