Mohon tunggu...
Benedikta AveMartevalenia
Benedikta AveMartevalenia Mohon Tunggu... Mahasiswa - 00's

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Psikoanalisis dalam Film Keluarga Cemara (2019)

16 November 2021   17:55 Diperbarui: 16 November 2021   18:02 1550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harta yang paling berharga adalah keluarga Istana yang paling indah adalah keluarga Puisi yang paling bermakna adalah keluarga Mutiara tiada tara adalah keluarga

Selamat pagi Emak Selamat pagi Abah Mentari hari ini berseri indah

Terima kasih Emak Terima kasih Abah Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti

Siapa yang tidak asing dengan lirik lagu di atas? Ada yang tahu tidak, apa judul film Indonesia yang ost-nya dari lagu tersebut? Ya benar sekali. Film Keluarga Cemara tahun 2019. 

Film Keluarga Cemara ini diperankan oleh aktor-aktor berbakat di Indonesia. Diantaranya yaitu Ringgo Agus Rahman sebagai Abah, Nirina Zubir sebagai Emak, Adhisty Zara sebagai Euis, dan Widuri Puteri sebagai Ara. 

Dari judul sudah jelas bahwa Keluarga Cemara adalah film menceritakan tentang sebuah Keluarga. Artinya film ini bisa ditonton oleh semua usia. Dalam dunia perfilman biasa dituliskan SU. 

Fungsi film selain buat hiburan juga sebagai sarana komunikasi dan sarana belajar bagi masyarakat yang menonton (penonton).

Tidak jarang setelah kita menonton film, pikiran kita jadi terbuka. Selain itu, kita juga semakin terinspirasi akan sesuatu hal akan adanya sebuah film.

Melalui film, kita juga dapat meluapkan emosi kita. Jika kita sedang sedih kita bisa menonton film bergenre komedi supaya kita bahagia. Dalam film pun kita juga dapat merasakan alur atau jalan ceritanya. Seperti ekspresi menangis, ketakutan, deg-degan, dan lain-lain.

Film Keluarga Cemara ini dapat mempengaruhi psikologi seseorang atau penonton. Psikologi penonton ini dapat dianalisis menggunakan salah satu teori psikoanalisis yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. 

Teori psikoanalisis Freud ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian tersebut yaitu dari yang paling bawah unconscious level (id), bagian tengah preconscious level (superego), dan paling atas conscious level (ego).

Unconscious Level (Id)

Pada bagian ini dapat dikatakan sebagai ketidaksadaran diri atau sebagai kebutuhan alamiah dalam diri manusia. Sehingga lebih pada keinginan dan perasaan untuk memenuhi kepuasan atau kesenangannya secara instan. Sehingga apabila Id ini tidak terpenuhi, seseorang dapat menjadi tegang, cemas, atau marah. Contohnya seperti ingin makan, ingin memukul, dan lain sebagainya.

Dalam film Keluarga Cemara, Id ini terlihat ketika tokoh Euis malu dan tidak ingin hidup susah. Diposisi Euis yang masih SMP dia belum bisa menerima kondisi keluarganya yang sudah bangkrut karena Abahnya ditipu oleh rekan kerjanya. Euis meminta Abah dan Emak untuk kembali ke Jakarta dan hidup seperti dulu lagi. Hidup mewah yang semuanya serba ada.

Tetapi karena Abah dan Emak tidak bisa memenuhi itu karena kondisi. Euis tanpa berpikir panjang dan marah dengan kedua orang tuanya. Euis pun berkata ia benci dengan Abahnya tanpa dia berpikir perjuangan seorang ayah (Abah) demi mempertahankan keutuhan dan kebutuhan keluarganya.

Preconscious Level (Superego)

Pembatasan terhadap apa yang kita kerjakan atau aspek moral yang dapat diterima seseorang. Artinya sebuah tindakan yang kita lakukan selalu terikat pada nilai dan moral. Jadi kita tidka bisa semena-mena begitu saja.

Dalam film Keluarga Cemara,  superego ini terlihat ketika tokok Euis ingin bertemu temannya di Bogor. Tetapi karena kedua orang tuanya melarang, maka ia kabur dari rumah dan pergi secara diam-diam untuk bertemu dengan teman-temannya. Alhasil Euis mendapatkan ganjarannya yaitu Euis ketahuan oleh orang tuanya dan Euis pun dihukum oleh orang tuanya.

Conscious level (ego)

Ego berurusan dengan kenyataan/ realita, berusaha memenuhi keinginan id dengan cara yang dapat diterima secara sosial. Misalnya, dengan menunda kepuasan dan membantu menghilangkan ketegangan yang dirasakan id jika keinginan tidak segera dipenuhi. Ego mengerti bahwa orang lain juga memiliki kebutuhan dan keinginan. Oleh karena itu menjadi egois dalam jangka panjang bukanlah hal yang baik

Dalam film Keluarga Cemara, Ego ini terlihat ketika Euis tidak mau tinggal di rumah peninggalan kakeknya. Euis meminta untuk rumah itu dijual supaya uangnya bisa digunakan untuk pindah ke Jakarta lagi. Tetapi semakin hari dia sadar bahwa apa yang dia ingin itu hanya ego semata. Maka ketika Abah dan Emak ingin menjual rumahnya, Euis langsung merebut sertifikat tanah dna dia berkata bahwa ia tidak ingin rumah itu dijual. 

Berdasarkan contoh dan analisis tersebut kita bisa mengambil sisi baiknya yaitu, bahwa film dapat mempengaruhi psikologi kita. Contohnya ketika orang tua tidak bisa mengendalikan emosinya kepada anaknya. Lalu mereka menonton film Keluarga Cemara ini, maka mereka akan berpikir dan mencontoh bagaimana si Abah dan Emak ini menyelesaikan dan mendidik anaknya Euis dan Ara sampai mereka menjadi keluarga yang utuh kembali dan sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun