6. Food Story (Kompas TV)
7. Rasapedia (SCTV)
Perkembangan jurnalisme kuliner pastinya memiliki dampak tersendiri, baik positif maupun negatif. Dalam dampak positif nya, tak dipungkiri bila di zaman sekarang ini kita sudah bisa melihat tersebar makanan makanan western atau makanan barat di negara kita ini. Atau mungkin sebentar lagi akan kita lihat di pedesaan, pizza atau spaghetti menjadi makanan yang umum atau biasa. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran jurnalisme kuliner ini.Â
Dimana jurnalis kuliner berperan dalam mengabarkan informasi tentang suatu makanan yang tentu bila setiap orang merasa penasaran akan makanan tersebut, biasanya mencari cara bagaimana untuk mendapatkan nya. Kita juga dimudahkan dalam mencari referensi makanan atau restoran yang dapat kita kunjungi.Â
Bila dulu kita kesulitan dalam menemukan restoran yang enak, dan hanya berpatokan pada saran atau dari cerita orang sekitar, sekarang setidaknya kita sudah dapat lebih terbuka melihat kualitas restoran atau makanan yang ingin dikunjungi.
Sementara di sisi negatif nya dengan munculnya beberapa perubahan tayangan acara-acara kuliner saat ini, yang hanya menyajikan tayangan untuk mencicipi makanan di luar rumah, menimbulkan efek konsumtif bagi masyarakat, kebanyakan acara hanya menyajikan makanan tanpa disertai cara pengolahan dan informasi gizi sebagai sisi edukasinya. Lalu, ditambah dengan kualitas rasa makanan.Â
Di zaman sekarang yang serba sosial media ini, masyarakat lebih tertarik dengan tampilan makanan tertentu daripada rasa nya. Banyak juga jurnalis kuliner yang hanya menyorot dan memfokuskan tentang tampilan makanan dibanding cita rasa dan kualitas gizi dari makanan itu.
Dapat kita simpulkan, bahwa keunikan ciri khas jurnalisme kuliner berawal dari hanya menuliskan tentang resep dan tips membuat makanan, memperbaiki tampilan penulisan, hingga memberikan informasi lebih lengkap dan kompleks lagi seperti resep, ciri khas, aroma, informasi gizi sampai kepada sejarah dari makanan itu sendiri.Â