Mohon tunggu...
Benedikta NyomanPutri
Benedikta NyomanPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Kimia

Hai, kenalin aku Dita. Di laman ini aku bakal berusaha dan belajar menulis hal-hal yang berkaitan tentang kimia. Semoga bisa diterima:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi Energi Panas Bumi dan Status Terkini

3 Desember 2024   04:57 Diperbarui: 3 Desember 2024   05:07 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengertian Energi Panas Bumi
Energi panas bumi, atau geothermal energy, adalah energi yang berasal dari panas yang tersimpan di dalam inti bumi. Panas ini dihasilkan dari proses pembentukan bumi miliaran tahun lalu serta peluruhan radioaktif unsur-unsur seperti uranium dan thorium di mantel dan inti bumi. Energi ini tersimpan dalam batuan serta air panas di lapisan kerak bumi, mulai dari kedalaman yang dangkal hingga ribuan meter di bawah permukaan (Dickson & Fanelli, 2013). Energi ini termasuk sumber daya terbarukan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik maupun untuk pemanasan langsung, seperti pemanasan rumah tangga dan aplikasi industri. Potensi energi panas bumi tersebar luas di berbagai belahan dunia, terutama di wilayah yang berada di sekitar batas lempeng tektonik. Secara teknis, energi ini diperoleh dengan memanfaatkan reservoir panas di bawah permukaan bumi, yang dapat berupa air panas atau uap hasil suhu tinggi di dalam bumi.

Keunggulan dan Tantangan Energi Panas Bumi
Salah satu keunggulan utama energi panas bumi adalah keberlanjutannya. Berbeda dengan bahan bakar fosil yang memiliki cadangan terbatas dan berkontribusi pada polusi, energi panas bumi dapat diperbarui secara alami dan menghasilkan emisi karbon yang sangat rendah. Namun, tantangan yang dihadapi meliputi tingginya biaya awal untuk membangun infrastruktur pengeboran dan pembangkit listrik. Selain itu, potensi pemanfaatannya terbatas pada wilayah yang memiliki cadangan geotermal, seperti Indonesia, Amerika Serikat, dan Filipina. Meskipun demikian, kemajuan teknologi memungkinkan pengembangan energi panas bumi secara lebih luas, menjadikannya komponen penting dalam peralihan menuju sumber energi yang bersih dan berkelanjutan.

Status Terkini Teknologi Energi Panas Bumi di Dunia
Energi panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang stabil dan ramah lingkungan. Hingga 2023, kapasitas globalnya mencapai lebih dari 16 GW, didukung oleh inovasi teknologi seperti sistem biner yang memungkinkan eksploitasi sumber bertemperatur rendah dan Enhanced Geothermal System (EGS) yang memungkinkan pemanfaatan wilayah tanpa reservoir alami. Integrasi teknologi digital seperti IoT dan kecerdasan buatan juga meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Indonesia, Filipina, Turki, dan Selandia Baru memimpin dalam pemanfaatan energi ini.

Negara-Negara Utama Penghasil Energi Panas Bumi

  • Amerika Serikat: Memimpin dunia dengan kapasitas 3.639 MW, menghasilkan 16,7 miliar kWh per tahun. Kompleks Geysers di California adalah fasilitas panas bumi terbesar, terdiri dari 22 pembangkit listrik.
  • Indonesia: Dengan kapasitas 1.948 MW pada 2018, Indonesia menempati posisi kedua. Proyek besar seperti Gunung Salak (375 MW) dan Sarulla (330 MW) menjadikannya pusat utama panas bumi dunia. Kapasitasnya diperkirakan melampaui AS pada 2027.
  • Filipina: Kapasitas 1.868 MW menempatkannya di posisi ketiga. Kompleks Panas Bumi Makban (458 MW) dan Tiwi (289 MW) adalah fasilitas utama di negara ini.
  • Turki: Kapasitas 1.347 MW menjadikannya negara keempat. Proyek besar termasuk Pembangkit Listrik Kizildere (95 MW) dan Efeler (260 MW).
  • Selandia Baru: Dengan kapasitas 1.005 MW, energi panas bumi menyumbang 13% pasokan listrik nasional. Ladang di Zona Vulkanik Taupo mendukung fasilitas seperti Wairakei dan Te Mihi.

Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar di dunia, dengan total sekitar 29 GWe dan cadangan mencapai 28.579 MWe. Potensi ini tersebar di 285 lokasi sepanjang kawasan vulkanik, berkat posisi geografisnya di pertemuan lempeng tektonik aktif. Meski pemanfaatannya saat ini masih rendah, dengan kapasitas terpasang hanya sekitar 1,2 GWe, peluang pengembangan energi ini sangat besar, khususnya untuk pembangkitan listrik dan aplikasi industri lainnya.

Wilayah-Wilayah dengan Potensi Panas Bumi di Indonesia

  • Jawa Barat:
    Potensi besar ditemukan di wilayah seperti Kawah Ciwidey di Gunung Patuha (190 MWe), Gunung Lawu (275 MWe), dan lapangan panas bumi di Garut (469,4 MWe). Lokasi-lokasi ini telah dimanfaatkan sebagian untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
  • Jawa Tengah:
    Kawasan Candi Umbul dan Gedong Songo memiliki potensi besar dengan indikasi mata air panas dan fumarol. Di Gedong Songo, potensi panas bumi dimanfaatkan untuk pembangkit listrik skala menengah dan wisata.
  • Sumatra:
    Sumatra Selatan memiliki potensi besar di Air Kelinsar dan Way Selabung, dengan suhu panas bumi mencapai 93C. Lokasi ini didukung oleh aktivitas vulkanik Gunung Seminung.
  • Kalimantan:
    Kalimantan Selatan (Batu Bini, 20 MWe) dan Kalimantan Timur (Desa Petai) menunjukkan potensi meski belum dimanfaatkan secara optimal. Sistem panas bumi di daerah ini bersifat nonvulkanik.
  • Maluku:
    Jailolo di Maluku Utara memiliki potensi 75 MW, selain dimanfaatkan untuk listrik juga digunakan untuk pengeringan ikan dan pariwisata.

Inovasi dan Teknologi Energi Panas Bumi

Energi panas bumi adalah sumber energi terbarukan yang handal dan berkelanjutan. Berbagai inovasi teknologi terus dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi, memperluas pemanfaatan, dan menekan biaya eksplorasi serta produksi. Berikut adalah tiga teknologi utama dalam pemanfaatan energi panas bumi:

1. Enhanced Geothermal Systems (EGS)

Teknologi EGS memungkinkan pemanfaatan energi panas bumi di daerah dengan suhu tinggi tetapi permeabilitas rendah. Prosesnya melibatkan pembuatan rekahan buatan pada batuan panas di bawah tanah dengan menyuntikkan air bertekanan tinggi, sehingga fluida dapat bersirkulasi dengan efektif. Panas bumi yang diperoleh kemudian digunakan untuk menghasilkan listrik. Keunggulan utama EGS adalah kemampuannya menciptakan reservoir buatan, sehingga memungkinkan eksplorasi di lokasi yang sebelumnya dianggap tidak potensial. Teknologi ini ramah lingkungan dengan emisi gas rumah kaca minimal dan berpotensi memenuhi kebutuhan listrik jutaan rumah tangga secara global (McClure & Horne, 2014).

2. Pembangkit Listrik Siklus Biner (Binary Cycle Power Plants)

Teknologi ini memanfaatkan sumber panas bumi bersuhu sedang hingga rendah melalui sistem siklus tertutup. Air panas mentransfer energinya ke fluida kerja dengan titik didih rendah melalui penukar panas. Uap fluida ini kemudian menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik, sementara cairannya didaur ulang dalam siklus tertutup. Keunggulan sistem ini meliputi integrasi dengan sumber panas bumi marginal, ramah lingkungan, dan bebas emisi gas rumah kaca langsung (DiPippo, 2015).

3. Pompa Panas Bumi (Geothermal Heat Pumps)

Sistem ini memanfaatkan suhu tanah yang stabil di bawah permukaan untuk pemanasan dan pendinginan ruangan atau air. Pipa yang terpasang di bawah tanah menyerap panas selama musim dingin untuk pemanasan dan melepaskan panas saat musim panas untuk pendinginan. Teknologi ini hemat energi, cocok untuk skala rumah tangga dan komersial, serta efektif mengurangi jejak karbon (Lund, 2021).

Tantangan dalam Pengembangan Energi Panas Bumi 

Pengembangan energi panas bumi menghadapi berbagai hambatan yang memperlambat penerapannya, di antaranya:

  1. Biaya Awal yang Tinggi
    Eksplorasi memerlukan investasi besar dengan risiko finansial tinggi karena ketidakpastian keberadaan reservoir yang layak secara ekonomi.

  2. Ketidakpastian Geologi
    Karakteristik reservoir seperti suhu, tekanan, dan keberlanjutan pasokan fluida sering kali sulit diprediksi, membuat hasil eksplorasi tidak selalu sesuai harapan.

  3. Kompleksitas Teknologi
    Pemanfaatan teknologi mutakhir, seperti sistem biner dan EGS, membutuhkan keahlian tinggi dan akses ke teknologi yang belum tentu tersedia secara global.

  4. Isu Lingkungan dan Sosial
    Pengembangan panas bumi dapat menimbulkan dampak lingkungan, seperti pelepasan gas rumah kaca atau risiko deformasi tanah. Penolakan dari masyarakat lokal juga menjadi kendala.

  5. Regulasi dan Kebijakan
    Kurangnya regulasi yang mendukung, insentif investasi, dan proses perizinan yang panjang sering kali menghambat pengembangan proyek.

  6. Keterbatasan Infrastruktur
    Wilayah terpencil dengan potensi panas bumi sering kali kekurangan infrastruktur pendukung seperti jalan, jaringan listrik, dan fasilitas pengolahan.

Masa Depan Energi Panas Bumi dalam Konteks Global

Energi panas bumi memiliki potensi besar sebagai sumber energi terbarukan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Namun, pengembangannya masih terbatas oleh tantangan teknis dan ekonomis. Jika dikelola dengan baik, energi ini memiliki prospek cerah dalam memenuhi kebutuhan energi global yang terus meningkat.

1. Pertumbuhan Permintaan Energi

Permintaan energi yang terus meningkat, terutama di negara berkembang, mendorong perlunya sumber energi yang stabil seperti panas bumi. Tidak seperti energi surya atau angin, energi ini tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang sangat rendah.

2. Inovasi Teknologi

Kemajuan teknologi, seperti sistem biner dan metode pengeboran yang lebih efisien, memungkinkan pemanfaatan sumber daya suhu rendah yang sebelumnya tidak optimal. Inovasi ini juga dapat menurunkan biaya, memperluas penerapan energi panas bumi, dan meningkatkan daya saingnya dibandingkan energi lainnya.

3. Penyebaran Teknologi Secara Global

Negara-negara seperti Indonesia dan Filipina, dengan potensi panas bumi besar, diharapkan memimpin pengembangan. Teknologi geotermal non-vulkanik juga membuka peluang bagi negara tanpa aktivitas vulkanik. Dukungan kebijakan energi global yang mendorong transisi ke energi terbarukan meningkatkan peluang investasi dan adopsi teknologi panas bumi.

4. Diversifikasi Pemanfaatan

Selain pembangkit listrik, panas bumi dapat digunakan untuk sektor industri, pemanas ruangan, pengeringan hasil pertanian, dan pengembangan destinasi wisata. Wilayah dengan potensi tinggi, seperti Maluku dan Afrika Timur, bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan ekonomi lokal dan kualitas hidup.

5. Tantangan dan Hambatan

Tantangan utama meliputi biaya eksplorasi yang tinggi, dampak lingkungan seperti risiko penurunan tanah, dan keterbatasan infrastruktur serta teknologi di negara berkembang. Kolaborasi internasional dalam transfer teknologi dan pendanaan sangat diperlukan untuk mengatasi hambatan ini.

6. Peran Pemerintah dan Kebijakan

Pemerintah memainkan peran penting dalam memfasilitasi pengembangan energi panas bumi melalui kebijakan, insentif, dan edukasi masyarakat. Kebijakan proaktif yang mempermudah proses perizinan dan mendukung investasi riset dapat mempercepat transisi ke energi yang lebih berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun