Mohon tunggu...
ben waspada
ben waspada Mohon Tunggu... Freelancer - be your self, be better

be your self, be better

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sayur Organik, Non-Kimia

7 Juli 2020   12:25 Diperbarui: 7 Juli 2020   12:36 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sering dianggap kalau sayur organik itu tanpa bahan kimia. Gak pake bahan kimia. Gak ada bahan kimianya sama sekali

Saya dulu juga begitu saat awal mulai bertani. Sekolah saya setelah lulus SMU adalah Teknik Informatika, jadi pengetahuan tentang bertani saat itu, nol koma sekian kilometer.

Jargon idealismenya adalah sayur(an) organik itu lebih sehat karena tidak pakai bahan kimia, Karena itu proses produksi atau budidayanya tidak boleh pake pupuk kimia produksi pabrik macam Urea, NPK dan kawan-kawannya. Harus pake pupuk kandang, kompos yang alami dan organik.  Selain tidak pake pupuk asal pabrik, juga tidak boleh pake antihama kimia asal pabrik, harus yang alami dari alam.

Karena itu maka sayuran organik harga jualnya akan lebih mahal, jadi lebih petani untung.

Seiring waktu, tambah pengalaman, tambah pengetahuan, tambah wawasan, sadar ada yang kurang pas dengan pemahaman saya tentang konsep organik versus kimia.

Jadi singkatnya begini.

Pikirkanlah, ternyata kita harus sadar bahwa tubuh kita dan seluruh alam semesta ini isinya adalah materi atau  zat kimia. Air putih yang kita minum itu namanya air tapi itu juga zat kimia dengan simbolnya adalah H20, disebut hidrogen oksida. Udara yang kita hirup itu oksigen, simbolnya 02.

Disebut gampang saja dengan air dan udara.

Atau mau kita ganti sebutannya ? misalnya : 'Aduh, haus nih, saya minum hidrogen oksida dulu ? '.

Garam dapur, kimianya adalah NaCl, disebut Natrium Klorida. Kita ke pasar, blg sama penjualnya : 'beli natrium klorida 1 kilo..'. coba saja.

Atau tanya : 'Bapa, mo beli sukrosa sama asam asetat..'

Itu baru bahan dengan komposisi kimia yang sederhana, yang lebih kompleks banyak. Misal nasi, gula, dll. Aduh rumit deh..

Jadi klo tubuh kita dan alam semeseta itu isinya bahan kimia, kenapa dalam bertani kita harus parno dengan pupuk kimia dan mengidolakan pupuk alami? Santai aja..

Ada kelebihan dan keuntungan pupuk pabrik adalah komposisi zat kandungannya jelas dan terukur. NPK 16, itu artinya komposisinya berisi zat Nitrogen Phospor Kalium sebanyak masing2 16 persen. Urea, Za juga begitu, bisa dilihat dari kemasannya. Dan masih banyak pupuk2 pabrik lainnya. Selain itu pupuk pabrik biasanya sudah spesifik fungsi dan tujuannya. Pupuk ini untuk pertumbuhan batang dan daun, pupuk itu unutk pembentukan bunga dan buah, dan pupuk2 lainnya.. Kekurangan dari penggunaan pupuk kimia jelas : kita harus beli. Kedua, harus sesuai anjuran, peruntukan dan dosisnya.

Nah, kalo pupuk kandang, atau kompos, bagi saya amat sulit dan rumit mengukur komposisi zat dan jumlahnya. Gimana ngukurnya? Apa aja zat yang ada disitu dan berapa jumlanya? Belum lagi sumber pupuknya.

Pupuk kandang dari sapi yang biasa makan daun petes akan berbeda komposisinya dengan sapi yang biasa makan daun lainnya..

Beda komposisi artinya beda fungsi dan tujuan. Tapi biasanya petani yang sudah senior sudah pengalaman soal ini. Sumber dan fungsinya bisa dilihat dari efek pemakaiannya. Kelebihan pupuk alam yaitu mudah didapat di alam atau dibikin sendiri.  Kedua, pengggunaan dalam jumlah banyak tidak berpengaruh negatif kepada tanaman.

Saran, gunakan pupuk kandang untuk menyehatkan tanah lalu gunakan pupuk pabrik sebagai pelengkap dan tambahan nutrisi untuk tanaman.

Kalo tanahnya sehat, kaya nutrisi otomatis tanaman juga tumbuh subur dan bagus. Selanjutnya tambahkan pupuk dari pabrik untuk fungsi dan tujuannya.

Nah, bagaimana dengan antihama? Hama itukan merusak sayuran kita jadi harus dibasmi.

Hama2 itu sebetulnya hewan. Dia perlu makan untuk hidup. Salahnya dia makan dan hidup di sayuran yang kita tanam untuk kita makan dan kita jual. Coba klo dia makan dan hidup di daun-daun di hutan sana, mungkin kita juga gak peduli.  

Untuk membasmi hama bisa pake antihama bikinan pabrik. Biasanya, biasanya nih, antihama bikinan pabrik itu sifatnya membunuh. Perlakuannya adalah antihama digunakan secara kontak langsung dengan si hama supaya mati. Efeknya jelas, hama mati. Efek sampingnya, klo sudah diantihama tapi si hama tidak mati maka si hama akan resisten : kebal dengan antihama itu. Susah mati, malah tambah buas dan ngajak teman2nya lebih banyak. Solusinya, dosis antihama harus dinaikkan. Padahal, antihama bikinan pabrik tu beracun karena sifatnya tadi : membunuh.

Biasanya lagi nih, antihama itu digunakan dengan disemprotkan ke daun sayuran karena hamanya ada di situ . Nah, kalo pas sayurnya mo dimasak tidak dicuci dengan baik dan benar, racun antihama masih tersisa di sayur itu, maka ikutlah kita makan racunnya itu. Hahaha, sedap..

Antihama bisa dibikin sendiri, tentu antihama alami. Saya sudah pernah posting, ato coba dicari aja sendiri. Antihama alami ini jauh lebih aman karena sifatnya tidak meracun dan membunuh tapi hanya mengusir hama. Lalu mudah luntur kena air, tapi kalo cuci sayur tetap yang bersih.

Nah, untuk soal antihama ini saya bilang pake yang 100 persen antihama alami, jangan yang kimia, karena yang kimia itu sifatnya membunuh hama. Memang sih mungkin kita tidak langsung meninggal karena sayur yang pake antihama pabrik, tapi tetap ada efeknya. Dan itu pasti efek negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun