Mohon tunggu...
Politik

Wajarkah Bila Agama Dijadikan Sebagai Alat Pemecah Belah Bangsa?

30 November 2018   21:32 Diperbarui: 30 November 2018   21:46 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang punya sekali kekayaan yang melimpah. Bagaimana tidak, bukan hanya memiliki alam yang indah namun Indonesia memiliki banyak sekali keberagaman suku, ras dan agama. Dan sudah ratusan tahun warga negara Indonesia hidup dengan keberagaman. Dan Indonesia sendiri memiliki 6 agama resmi yaitu Islam, Katolik, Kristem, Hindu, Budha, dan Konghuchu. 

Dahulu Indonesia dikenal dengan negara yang sangat rukun, gotong royong, dan menghargai perbedaan dan itulah faktor yang mendorong Indonesia dapat merdeka di tahun 1945. Namun lama-kelamaan rasa persatuan itu mulai hilang. Hal tersebut dapat dibuktikan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada akhir-akhir ini yang terjadi karena intoleransi antar umat beragama.

Pada sila pertama yang ada di dalam Pancasila berbunyi "KeTuhanan yang Maha Esa". Bunyi sila pertama yang ada di dalam pancasila ini bertujuan supaya setiap individu masyarakat Indonesia bisa bebas memeluk agama sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing dan juga beribadah sesuai agama dan bisa saling menumbuhkan rasa toleransi kepada agama lain. 

Sila pertama ini mengalami pergantian karena negara Indonesia sendiri adalah negara yang tidak hanya menganut satu agama dan kepercayaan saja. Namun sayangnya masih saja bisa terjadi beberapa pelanggaran entah itu disadari atau tanpa disadari. Oleh karena itu kali ini saya akan memberikan sedikit informasi mengenai pelanggaran sila pertama.

Dan peristiwa yang menggambarkan tentang perpecah belahan adalah Bom Bali. Dan peristiwa ini tidak hanya sekali melainkan 2 kali sehingga diberi nama Bom Bali I dan 2. Bom Bali I terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 di kota kecamatan Kuta di pulau Bali, Indonesia, mengorbankan 202 orang dan mencederakan 209 yang lain, kebanyakan merupakan wisatawan asing. 

Beberapa orang Indonesia telah dijatuhi hukuman mati karena peranan mereka dalam pengeboman tersebut. Abu Bakar Baashir, yang diduga sebagai salah satu pemimpin pengeboman ini, dinyatakan tak bersalah pada Maret 2005 atas konspirasi serangan bom ini, dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian. Pengeboman Bali 2005 adalah sebuah pengeboman yang terjadi di Bali pada 1 Oktober 2005. Ada 3 pengeboman, 1 di Kuta dan 2 di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka.

Dan pendapatku tentang hal ini aku sangat kecewa karena Indonesia makin memecah belah setelah peristiwa ini terjadi dan hal ini juga membuat citra buruk Indonesia di mata dunia karena Bali merupakan salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia dibom dan korbannya banyak yang berasal dari turis asing sehingga menganggap bahwa Bali sudah tidak aman lagi. 

Dan menurutku akar persoalan disini adalah sekumpulan orang yang berpaham radikal dan ingin semua orang menganut kepercayaan mereka dengan cara kekerasan. Dan menurutku cara untuk mengatasi ini adalah dengan cara toleransi, gotong- royong, saling menghormati, dan sering mengadakan forum pembicaraan antar agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun