Mohon tunggu...
benedictus okapr
benedictus okapr Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelajar

Pelajar sekaligus petani

Selanjutnya

Tutup

Nature

Teknik Budidaya Sambiloto (Andrographis Paniculata)

22 September 2019   18:38 Diperbarui: 22 September 2019   19:06 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Gambar bibit sambiloto di kebun kami 16/08/2019).

Pengenalan Tanaman Sambiloto

            Taksonomi sambiloto

            Kingdom: Plantae

            Ordo: Lamiales

            Genus: Andrographis

            Spesies : Andrographis paniculata

Sambiloto merupakan tanaman jamu yang berasal dari Asia Tropika. penyebarannya dari India sampai ke Siam.  tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai 700 meter di atas permukaan laut. kelembaban yang baik sebagai syarat tumbuh sambiloto adalah sekitar 70%-90%. Tanaman ini dikenal sebagai tanaman obat untuk beberapa penyakit, seperti menyembuhkan bengkak, menawar bisa, menurunkan demam, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati. Beberapa senyawa kimia yang terdapat pada sambiloto antara lain senyawa Andrographolide sebagai anti kanker, senyawa flavonoid yang merupakan senyawa polifenol golongan antioksidan.

Sambiloto termasuk dalam keluarga Acanthaceae dengan bentuk daun menyirip, kelopak bunga bagian luar berwarna putih, bagian dalamnya berwarna ungu dengan putik berwarna putih kekuning- kuningan.

 Tanaman ini cepat berkembangbiak, tidak memerlukan perlakukan pemupukan terlalu rumit dalam pemeliharaanya. Yang terpenting dalam pemeliharaan sambiloto adalah memerhatikan letak tanaman agar memperoleh sinar matahari yang cukup, tetapi tidak terlalu terik, agar tanaman tidak meranggas/ kekeringan.

Pengalaman Budidaya Sambiloto

 Keluarga kami memulai bubidaya sambiloto sejak tiga tahun lalu. Awalnya kami hanya membeli bibit sambiloto dalam satu polybag ukuran sedang ( diameter 20cm). Lama kelamaan mereka berkembangbiak, menumbuhkan tunas- tunas baru. Mulai saat itulah kami memindahkan bibit sambiloto kecil yang berukuran sekitar 10 cm ke bedengan kecil di halaman rumah kami. Kami menyiraminya setiap pagi.

Perawatan yang kami lakukan secara rutin adalah penyiraman dan melakukan penggemburan tanah atau disebut dengan pendangiran. Tujuan pendangiran adalah untuk memperluas daerah perakaran tanaman agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.

 Bibit yang tumbuh liar di kebun kami, kami tanam di bedengan yang tanahnya sudah digemburkan. Ketika tinggi tanaman sudah mencapai 30 cm, lebar daun sekitar 1,5- 2 cm, daun sudah berwarna hijau tua, maka sambiloto siap dipanen.

Pemanenan Daun Sambiloto

Cara melakukan pemanenan sambiloto:

  • Pilih daun yang jaraknya maksimal 5 cm dari ujung tanaman.
  • Daun dicuci dengan air bersih
  • Daun ditiriskan dalam besek, bukan dijemur di matahari terik.
  • Daun kering dapat direbus atau dijadikan kapsul.

  • Perbandingan saat merebus sambiloto adalah 2 sendok makan daun kering dengan 1 liter air.  Saat merebus daun sambiloto, ketika air sudah mendidih, diamkan selama 5 menit dalam keadaan api kompor masih menyala. Ramuan sambiloto dikonsumsi dengan perbandingan air dan rebusan sambiloto 1:5.

Pembuatan Pestisida Nabati Daun Sambiloto

Ampas rebusan/ endapan daun sambiloto dapat dijadikan pestisida nabati untuk tanaman sayuran daun, seperti bayam, selada, sawi, kangkung, dll.

Pembuatan pestisida nabati dengan bahan daun sambiloto:

 Alat:

  • Ember
  • Pengaduk

Bahan :

  • Air 1 liter
  • Ampas daun sambiloto 50 gram
  • Urin sapi liter
  • Dekomposer cair liter
  • Cara pembuatan :
  • 1. Masukkan ampas daun sambiloto ke dalam 1 liter air.
  • 2. Campurkan urin sapi ke dalam campuran air dan ampas sambiloto.
  • 3. Campurkan dengan dekomposer cair / EM 4.
  • 4. Tutup ember selama 1 minggu, dan pestisida nabati siap digunakan.        

Demikian pengalaman budidaya dan pengolahan daun sambiloto yang kami lakukan di rumah. Sumber gambar pada artikel ini adalah gambar milik saya pribadi ( bukan milik sumber lain). Mohon maaf apabila terdapat kata yang kurang tepat. Terimakasih sudah membaca dan semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun