Mohon tunggu...
Benedictus Febrian
Benedictus Febrian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa S1 Teknik Elektro Universitas Diponegoro

Saya menyukai hal-hal yang berbau teknologi informasi beserta pengembangannya

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Merevolusi Pendidikan: Usaha Menjembatani Kesenjangan dengan Metaverse

3 April 2024   21:02 Diperbarui: 3 April 2024   23:26 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metaverse. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pesatnya perkembangan teknologi belakangan ini kerap memantik pertanyaan tentang relevansi metode pendidikan konvensional yang saat ini masih diterapkan secara umum. 

Perkembangan teknologi yang ada saat ini menuntut instansi pendidikan untuk mempersiapkan siswa-siswanya untuk mengemban teknologi yang ada di masa depan, khususnya di bidang industri. 

Sifat statis dari ruang kelas konvensional sering kali membuat siswa menjadi seorang yang pasif dalam dinamika pembelajaran. Keapatisan siswa ini kemudian berpotensi membuat siswa tidak dapat menyerap ilmu yang dibutuhkannya. Alih-alih menjadi agent of change, siswa malah menjadi tidak mampu menjawab tantangan industri yang akan muncul di masa depan.

Kondisi tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan, 

"Bagaimana cara memantik minat dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah?"

Di era serba digital ini, lahir suatu teknologi yang dinamakan sebagai Metaverse. Kemunculan Metaverse ini berpotensi menjadi salah satu jawaban yang dapat ditawarkan untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan konvensional. 

Metaverse dapat menjadi ruang virtual kolektif yang meningkatkan realitas fisik dengan aspek virtual yang terintegrasi bagi pengguna di dalamnya. Media ini dapat menjadi tempat di mana pengguna dapat berinteraksi dengan lingkungan maya yang didukung oleh komputasi digital dengan pengguna lainnya sehingga dapat mengaburkan batasan yang ada antara dunia fisik dan digital. 

Pendidikan sendiri menjadi salah satu potensi besar dari penerapan Metaverse di masa depan (Zhang et al., 2022). Dengan memanfaatkan teknologi Metaverse ini, para pendidik dapat mengoptimalisasi lingkungan belajar yang lebih dinamis dan interaktif untuk dapat mendukung dan menyesuaikan gaya belajar siswa masa kini. 

Hadirnya sistem pembelajaran yang interaktif ini dapat menjadi harapan agar siswa dapat lebih terlibat untuk berpartisipasi dalam dinamika pembelajaran. Alih-alih pasif mengonsumsi informasi, siswa dapat secara aktif terlibat dengan materi pembelajaran melalui simulasi, proyek kolaboratif, maupun gamification yang belakangan ini tengah gencar diimplementasikan pada sistem pendidikan untuk meningkatkan keterlibatan siswa, serupa dengan apa yang dapat dilakukan permainan, sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran mereka (Smiderle et al., 2020).

Selain itu, metaverse memiliki potensi untuk mendorong pendidikan menjadi lebih inklusif. Hal ini dapat diperoleh dengan salah satunya meruntuhkan hambatan geografis yang ada saat ini. Siswa dari daerah terpencil atau dengan akses terbatas ke sumber daya pendidikan dapat berpartisipasi dalam kelas virtual dan mengakses pendidikan berkualitas tinggi dari mana saja di dunia. Lebih lanjut, pengalaman belajar yang dipersonalisasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa sehingga dapat mendorong lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan adil.

Mengintegrasikan teknologi metaverse ke dalam pendidikan memiliki dampak positif dan negatif. Di sisi positif, Metaverse menawarkan pengalaman yang mendalam yang meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa. Metaverse juga berpeluang memperluas pendidikan untuk mengakses lingkungan yang tidak dapat dijangkau karena hambatan ruang, waktu, dan biaya sehingga dapat menyelesaikan hambatan untuk pendidikan dengan memberikan akses kepada populasi terpencil atau kurang terlayani (Tlili et al., 2022). Selain itu, kolaborasi dapat berkembang di kelas virtual sehingga dapat meningkatkan keterampilan teamwork dan skill bersosialisasi. 

Walaupun begitu, masih banyak yang perlu dikaji dari implementasi Metaverse ke dalam dunia pendidikan. Salah satu hal mendasar yang perlu dikaji adalah tidak semua siswa memiliki akses yang sama ke teknologi yang dapat memperlebar kesenjangan pendidikan. Selain itu terdapat kekhawatiran privasi dan keamanan menggantung atas pengumpulan dan penggunaan data siswa di lingkungan virtual. Lalu, perlu diperhatikan juga dampak sosial, psikologis, dan fisiologis bagi siswa dengan diimplementasikannya Metaverse ini ke dalam lingkungan pendidikan. Pada intinya, sementara metaverse menjanjikan transformasi pendidikan, sangat penting untuk memastikan manfaatnya dapat dimaksimalkan, sambil memitigasi kekurangannya.

Kesimpulannya, integrasi teknologi metaverse ke dalam pendidikan memiliki potensi besar untuk merevolusi cara kita mengajar dan belajar. Dengan memanfaatkan pengalaman yang mendalam dan lingkungan virtual, pendidik dapat memberikan pengalaman belajar yang dinamis dan dipersonalisasi dengan kebutuhan peserta didik. Namun, sangat penting untuk mengatasi tantangan potensial yang terkait dengan teknologi ini untuk memastikan akses yang adil dan tetap melindungi siswa. Dengan perencanaan dan implementasi yang cermat, metaverse memiliki kekuatan untuk menjembatani kesenjangan antara pendidikan konvensional dan tuntutan dunia yang didorong oleh kemajuan teknologi sehingga dapat memberdayakan siswa untuk berkembang di era digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun