Namun dalam kasus ini, tidak semua orang dilahirkan dengan potensi sebagai atlet maraton dikarenakan kemampuan mitokondria dalam menghasilkan energi secara terus menerus dengan cara mengkonsumsi sejumlah oksigen dalam pembakaran serta kemampuan menyerap glukosa yang kurang. Ingat bahwa mitokondria memiliki DNA-nya sendiri, sehingga terdapat kemungkinan bahwa kemampuan mitokondria untuk membentuk atau menghasilkan energi berbeda pada tiap-tiap orang. Bukan hanya itu kemampuan tubuh untuk mendapatkan pasokan oksigen yang cukup ketika sumber energi ATP habispun berbeda pada tiap individu sehingga menimbulkan efek kelelahan yang lebih cepat.
Menjadi seorang pelari marathon berhubungan tentang ketahanan tubuh. Kebanyakan pelari marathon memiliki proporsi otot slow-twitch yang tinggi. Lain halnya dengan otot high-twitch, serat otot ini memiliki kapasitas aerobic yang lebih tinggi untuk menghasilkan energi dan ketahanan terhadap efek kelelahan. Sehingga pelari marathon dapat terus berlari tanpa merasa kelelahan.
Meskipun begitu, kemampuan semacam ini diwariskan secara turun temurun. Bagi mereka yang yang memiliki high-twitch muscle, harus bekerja keras untuk mencapai level ketahanan yang sama. Inilah penyebab kenapa tidak semua orang mampu menjadi atlet marathon.
Namun sebuah tes genetik dapat mengungkapkan apakah setiap orang berpotensi sebagai pelari marathon atau tidak.
"Scientist have discovered that to run a marathon requires the right combibnation of genes. Those who lack these genes, however, will never improve, no matter how much they train, and their performance may even get even worse. For runners with the right genes, it means their bodies can quickly adapt to carry large amounts of oxygen to their muscles, allowing them to run faster and for longer".
Professor Timmons said, "We know that 20 per cent of people do not respond at all to training and in fact can get worse. They push themselves as hard as everyone else, but their muscles do not extract the same amount of oxygen. About 15 per cent have the genes that mean they will respond highly to training. But only those with a good inherited baseline fitness and good resistence to injury, will ever become elite marathon runners, so that is an even smaller percentage."
The test works by looking at genes that are responsible for remodelling muscle fibres to allow small blood vessels to grow in between. These help to carry as much oxygen as possible to the muscles during exercise.
Melalui pendapat Professor Timmons kita tahu bahwa ternyata gen dapat mempengaruhi potensi seseorang menjadi seorang pelari maraton. Hanya mereka yang memiliki kombinasi gen yang tepat, mampu membentuk pembuluh darah yang baru serta meningkatkan kemampuan otot dalam merespon penyerapan oksigen.Â
Jadi dalam esai kali ini penulis kurang setuju, bahwa setiap orang berpotensi sebagai pelari maraton dikarenakan beberapa faktor serta bukti-bukti yang telah penulis bahas sebelumnya, seperti gen, gender, dsb.Penulis harap tulisan ini dapat mengedukasi serta memberikan pengetahuan baru bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan minta maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, maupun kesalahan dalam penyajian data-data.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H