Hari agak mendung di kota yang setiap harinya panas ini. Mungkin Semarang sudah ikutan latah masuk musim penghujan. Lumayan, adem juga jadinya di kosan.
Oke, sudah lama nggak nulis di Kompasiana, kali ini saya mau ngobrolin tentang apa yang sebenarnya saya nggak paham: bank syariah. Absen datang ke Nangkring Kompasiana bersama OJK Syariah tempo lalu, entah mengapa saya jadi teringat lagi tentang "bank syariah" setelah sedikit dibahas di salah satu mata kuliah.
Sebagai salah satu orang yang memang nggak bersinggungan dengan apapun yang bertema "syariah", satu-satunya info yang saya punya tentang cara (atau metode, atau sistem, atau apa sih itu sebenarnya) perbankan syariah hanya dari mata kuliah Kejahatan Keuangan. Itupun hanya sekilas. Intinya perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang keberjalanannya berdasarkan hukum Islam. Secara spesifik, hukum Islam yang seperti apa, masih belum paham.
Ketika itu, mata kuliah menyebutkan sistem perbankan syariah sebagai salah satu solusi mengatasi ancaman kejahatan keuangan internasional. Asas yang paling mudah saya tangkap tentu saja tentang riba yang haram. Bahwa sistem perbankan Islam dapat menjadi pondasi tangguh dan jauh dari kejahatan keuangan berkat asas-asasnya yang transparan, mandiri, dan saling menguntungkan. Dibandingkan dengan bank konvensional yang bergantung pada jaringan keuangan dunia yang kalau sudah collapsesatu, jatuh juga yang lainnya.
Hanya segitu saja ilustrasi yang saya tangkap. Sisanya? Hehehe..... Blank. Cuma punya kesan pertama saja, dalam bayangan saya begitu mendengar kata "syariah", dalam kepala saya berarti nasabahnya pasti orang-orang religius yang percaya pada nilai Islami, dan percaya bank syariah akan menjalankan sistemnya sesuai hukum Islam sehingga mereka merasa hidupnya lebih berkah dan sesuai dengan apa yang ditetapkan. Jadi, landasannya: iman.
Tapi dari baca-baca artikel tentang perbankan syariah di sini (Kompasiana) yang belakangan ini kok ramai betul, akhirnya tahu sedikit-sedikit tentang perbankan syariah. Kembali ke relevansinya dengan sistem perbankan syariah sebagai salah satu solusi stabilitas perekonomian dunia, ternyata perbankan syariah sifatnya universal. Ditambah baca-baca dari situs OJK, saya jadi tahu sejarah perbankan syariah dan kenapa sistem ini bisa digunakan oleh siapa saja supaya manfaatnya makin terasa.
Karenanya, siapa pun nasabahnya, meski tidak memahami hukum Islam, bisa menjadi nasabah di bank syariah. Buat saya yang agak kurang melek dunia perbankan (apalagi syariah), baca-baca situs OJK tadi bisa membantu banget. Hal yang paling berkesan buat saya adalah ketika saya menemukan istilah maisir yang artinya mudah/gampang. Saya sepakat sekali pada prinsip bank syariah yang menolak maisir, semacam kecenderungan untuk mendapatkan keuntungan dengan mudah, yang bisa menjebloskan kita pada perilaku judi, berbuat curang, dan lain sebagainya. Bagaimana pun juga, harta yang didapat dengan kerja keras, akan terasa lebih mantap dan menjadi berkat kan? Mirip juga dengan saya pahami dalam nilai kristiani.
Prinsip tadi juga akan membuat masyarakat kita aware bahwa kita perlu waspada pada investasi-investasi bodong yang marak akhir-akhir ini. Menjanjikan keuntungan besar hanya dengan modal sedikit, atau ada juga yang caranya menyerupai MLM, atau yang baru-baru ini adalah: bertamasya dengan nilai investasi yang terlalu sedikit. Intinya adalah jangan mudah tergiur dan mengingatkan diri sendiri.
Akankah beralih ke bank syariah?
Sejujurnya saya belum pernah menyadari ada bank syariah dekat kampus. Karena banyak sekali bank konvensional berjejer di sepanjang jalan sekitar kampus dan belum pernah melihat bank syariah di antaranya. Terus teman-teman saya sepertnya tidak ada juga yang menggunakan layanan bank syariah (saya juga nggak tanya satu-satu sih, buat apa coba?). Tapi karena saya sudah membaca sedikit tentang bank syariah di Kompasiana, oke, nanti coba saya cek, ada bank syariah apa saja di sekitar sini. Biar kalau mau tahu bisa langsung minta dijelaskan oleh bagian informasi bank.
Ya, secara umum sistem ini menarik. Meski begitu, saya perlu memikirkan kembali untuk memindahkan uang saya ke rekening bank syariah. Agak ragu sih. Alasannya ada dua. Pertama: saya agak gagap dengan literasi keuangan. Buku tabungan hilang saja saya mesti balik ke rumah orang tua saya karena harus nyiapin dokumen ini dan itu. Dan kedua: rekening saya yang sekarang aja nggak ada duitnya, bingung mau mindahin apa. Hahaha.