Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Belajar dari Pengalaman Mereka yang Sulit Dapat Pekerjaan Setelah Lulus Kuliah

29 November 2023   22:42 Diperbarui: 30 November 2023   09:20 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikan tinggi adalah langkah penting dalam hidup seorang mahasiswa. Namun, realitanya sering kali tidak seindah yang dibayangkan. 

Berdasarkan berbagai percakapan dan refleksi dengan rekan-rekan sejawat, saya mendapatkan fakta bahwa proses mencari pekerjaan tidak selalu berjalan mulus. 

Bahkan, untuk sebagian besar orang, periode menganggur setelah lulus dapat terjadi hingga beberapa bulan.

Menilik data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis laporan pada Februari 2023, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,99 juta orang. 

Meskipun angka ini menunjukkan penurunan sekitar 410 ribu orang dibanding tahun sebelumnya, tetap saja menjadi perhatian serius. 

Data ini mencakup empat kelompok penduduk, mulai dari yang aktif mencari pekerjaan hingga yang merasa sulit mendapat pekerjaan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode tersebut mencapai 5,45%, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang masih berada di angka 5,86%. 

Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berkontribusi positif terhadap penurunan tingkat pengangguran terbuka.

Namun, kendati terdapat tanda positif, perlu diingat bahwa angka pengangguran masih lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. 

Jika dibandingkan dengan Februari 2019, jumlah pengangguran pada awal tahun 2023 meningkat sekitar 1,2 juta orang. 

Oleh karena itu, penting untuk menggali lebih dalam dan memahami dinamika seputar kesulitan yang dihadapi oleh sebagian lulusan PT dalam mencari pekerjaan.

Saat merenung atas data dan pembicaraan mendalam dengan rekan-rekan, tergambarlah beberapa permasalahan nyata yang mencerminkan kompleksitas perjalanan mencari pekerjaan pasca-kuliah. 

Kasus pertama, melibatkan seorang teman dari Jakarta yang menempuh pendidikan dengan beasiswa dan berhasil menyelesaikan studi dalam waktu 3,5 tahun. 

Meskipun tampaknya memiliki keunggulan dengan menyelesaikan studi lebih cepat, nyatanya ia tetap harus menghadapi tantangan mencari pekerjaan yang tak jauh berbeda dengan rekan yang menempuh studi dalam waktu yang normal (4 tahun). 

Menganggur selama kurang-lebih 4 bulan setelah lulus menjadi kenyataan yang harus dihadapinya.

Kasus kedua, melibatkan seorang teman dari perguruan tinggi swasta di daerah Gading Serpong. Meskipun belum resmi wisuda, ia telah dinyatakan lulus dengan yudisium dan SKL yang sudah turun dari kampus. 

Meskipun memiliki kualifikasi akademis yang baik, hingga saat ini, ia belum berhasil mendapatkan pekerjaan. 

Periode menganggur ini telah berlangsung selama sekitar 4 bulan, menyoroti bahwa tantangan mencari pekerjaan tidak selalu berkaitan dengan status formal lulus.

Kasus ketiga, melibatkan sejumlah rekan yang saya kenal melalui kesempatan volunteer di Kompasianival 2023 kemarin. 

Meskipun aktif berpartisipasi sebagai volunteer, mereka juga sedang berjuang dalam mencari pekerjaan. 

Pertanyaan sederhana tentang kesibukan diawali dengan jawaban yang jujur, bahwa mereka juga mencari peluang pekerjaan sambil mengisi waktu luang sebagai volunteer. 

Cerita ini menggambarkan betapa kompleksnya dinamika pekerjaan dan pencarian karier pada masa kini.

Dari rangkaian kasus di atas, beberapa pelajaran berharga dapat diambil. Pertama, lulus tepat waktu atau bahkan dengan prestasi akademis yang tinggi tidak menjamin akses langsung ke dunia kerja. 

Meskipun prestasi akademis tetap menjadi faktor penting, persaingan di pasar kerja memerlukan lebih dari sekadar latar belakang pendidikan. 

Keterampilan interpersonal, pengalaman nyata, dan kemampuan beradaptasi menjadi faktor penentu yang juga tak kalah pentingnya dengan prestasi akademis.

Kedua, mencari pekerjaan tidak selalu sesuai dengan gambaran yang direncanakan atau diharapkan. Perbedaan waktu lulus, status wisuda, atau kecepatan menyelesaikan studi bukanlah jaminan kesuksesan. 

Kisah kawan dari Jakarta yang menyelesaikan studi lebih cepat tapi harus mengalami masa menganggur yang serupa dengan yang lain menjadi bukti bahwa proses mencari pekerjaan memiliki dinamika yang rumit.

Penting untuk disadari bahwa setiap individu memiliki perjalanan yang unik dan berbeda-beda dalam mencari pekerjaan. 

Beberapa mungkin beruntung menemukan pekerjaan dengan cepat, sementara yang lain perlu melewati periode pencarian yang lebih panjang. 

Oleh karena itu, optimisme, ketekunan, kesiapan untuk terus mengembangkan diri menjadi kunci kesuksesan dalam permasalahan tersebut.

Self improvement juga penting untuk memperkuat posisi sebagai pencari kerja. (freepik.com/@rawpixel)
Self improvement juga penting untuk memperkuat posisi sebagai pencari kerja. (freepik.com/@rawpixel)

Seiring dengan itu, penting juga untuk melihat pencarian pekerjaan sebagai upaya yang menyeluruh. Selain keahlian teknis, soft skills seperti kemampuan komunikasi, kerja sama tim, dan ketahanan mental sangat dihargai oleh banyak perusahaan. 

Kita dapat memperkuat profil dengan mengikuti program magang, pelatihan, atau terlibat dalam proyek-proyek sukarela yang relevan dengan bidang studi masing-masing.

Selain itu, kita juga mungkin bisa memanfaatkan peluang di dunia baru yaitu dunia maya. Salah satu contohnya adalah mengembangkan diri sebagai content creator.

Peluang menjadi content creator terbuka sangat luas di berbagai platform media sosial yang tersedia. Setiap individu memiliki cerita dan keunikannya masing-masing, yang pada gilirannya mungkin bisa dikonversi menjadi jumlah angka.

Dalam menghadapi realitas pengangguran, positif vibes dan proaktif diyakini menjadi kunci utama, selain juga tetap terus berusaha dan berkembang. 

Tantangan dalam mencari pekerjaan seharusnya tidak menjadi hambatan yang menghentikan semangat, melainkan sebagai peluang untuk terus tumbuh dan mencari ruang-ruang baru untuk dieksplorasi. 

Belajar dari pengalaman mereka yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan adalah langkah awal saya dalam memahami lebih dalam dinamika dunia kerja.

Pentingnya membangun jaringan profesional juga tidak boleh diabaikan. Koneksi dengan orang-orang di industri yang diinginkan dapat membuka pintu peluang. 

Dalam era yang terus berubah ini, saya mendapatkan fakta bahwa adaptasi dan pembelajaran berkelanjutan menjadi sebuah kunci. 

Mencari peluang untuk mengembangkan keterampilan baru, mengikuti perkembangan industri, dan terus menyesuaikan diri dengan perubahan adalah investasi berharga untuk memperkuat posisi di pasar kerja.

***

Sebagai penutup, saya menyadari bahwa proses mencari pekerjaan adalah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan terutama di era sekarang. 

Setiap langkah, meski terasa sulit, pada gilirannya akan membawa kita lebih dekat ke arah yang dituju. 

Kesabaran, ketekunan, dan kemauan untuk terus belajar adalah kunci utama dalam mengarungi dunia kerja yang dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun