Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Me Time dan Sunmori ke Gua Maria Bukit Kanada, Rangkasbitung

22 November 2023   20:39 Diperbarui: 24 November 2023   17:41 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa peziarah berdoa di Gua Maria Bukit Kanada. (Dokumentasi pribadi)

Pada hari Minggu yang lalu, saya memutuskan untuk melakukan petualangan spontan ke Gua Maria Bukit Kanada di Rangkasbitung.

Saya mengendarai sepeda motor sebagai bagian dari tradisi sunmori (sunday morning ride), istilah anak muda masa kini untuk perjalanan pagi hari di hari Minggu menggunakan sepeda motor.

Keinginan ini muncul begitu saja setelah saya menyelesaikan ibadah pagi. Meskipun ada opsi untuk menggunakan KRL, dorongan rasa ingin tahu yang kuat mendorong saya untuk menjelajahi tempat tersebut dengan sepeda motor.

Perjalanan dimulai agak siang hehe, padahal sunmori itu harusnya pagi ya.

Meskipun opsi transportasi umum lebih efisien dari segi harga, kebebasan menjelajah dengan sepeda motor memberikan pengalaman yang berbeda. 

Dengan garis lurus sekitar 22 km, atau 29 km sesuai dengan jalur yang saya pilih, perjalanan terasa cukup mengasyikan.

Gua Maria Bukit Kanada atau disingkat GMBK. (Dokumentasi pribadi)
Gua Maria Bukit Kanada atau disingkat GMBK. (Dokumentasi pribadi)

Cuaca mendukung perjalanan saya ke Rangkasbitung, memberikan kenyamanan tanpa terik matahari yang menyengat atau hujan yang mengganggu. 

Ini bukanlah kunjungan pertama saya ke Gua Maria Bukit Kanada menggunakan motor. Kali itu, saya memilih roda dua sebagai sarana perjalanan, berbeda dengan biasanya yang selalu menggunakan mobil bersama keluarga.

Meskipun baru kali kedua menggunakan sepeda motor, saya memiliki keahlian lebih dalam menghafal rute, hehe. 

Kendati begitu, perbedaan mencolok akan terasa jika menggunakan mobil, terutama dengan adanya jalur tol baru menuju Rangkasbitung. 

Namun, biaya tol Rangkasbitung ini menurut saya cukup mahal jika harus bepergian seorang diri. 

Saat memasuki area parkir, sebagai pengendara sepeda motor dengan kopling, saya merasakan sedikit kesulitan untuk mengambil tiket parkir.

Terutama karena tempat pengambilan tiket berada di tanjakan. Memasuki area parkir membutuhkan fokus ekstra, terutama bagi pengendara sepeda motor.

Sesampainya di Gua Maria Bukit Kanada, saya merapikan perlengkapan riding dan menuju toilet, langkah wajib setelah perjalanan jauh. 

Ritual ini biasa saya lakukan hanya untuk sekadar rapi-rapi, ataupun untuk buang air kecil hehe. 

Keadaan di sana ternyata cukup ramai oleh para peziarah yang sebagian besar menggunakan mobil, elf, hingga bus. Biasanya, mereka datang dalam rombongan dengan dresscode seragam.

Meskipun acara misa sedang berlangsung, saya memutuskan untuk tidak mengikutinya, karena waktu kedatangan saya bersamaan dengan akhir misa. 

Tujuan utama saya adalah untuk setidaknya tiba dan menginjakkan kaki di sana terlebih dulu. Setelah itu, saya memilih untuk berdoa Rosario sebagai bentuk penghormatan kepada Bunda Maria.

Dalam momen doa itu, saya merasa nyaman untuk curhat kepada Bunda Maria. Saya menceritakan kegelisahan seorang mahasiswa akhir yang sibuk dengan skripsinya, mendekati realitas kehidupan yang menantang. 

Sambil merenung, saya menyampaikan betapa jauhnya langkah hidup ini, tetapi saya tetap yakin bahwa setiap hal memiliki waktunya.

Selesai dengan momen spiritual itu, suasana menjadi lebih tenang, dan saya dapat menikmati waktu sendiri, istilah yang dikenal sebagai me time di kalangan generasi sekarang.

Melanjutkan petualangan, saya memutuskan untuk menjelajahi area sekitar Gua Maria Bukit Kanada. 

Patung St. Petrus. (Dokumentasi pribadi)
Patung St. Petrus. (Dokumentasi pribadi)

Gua itu sendiri dihiasi dengan patung-patung orang kudus, dan di sebelah kanan gua terdapat Kapel Santa Maria Lourdes, tempat diadakannya misa atau acara-acara lain.

Kemudian, perhatian saya tertuju pada area agrowisata yang sebelumnya belum saya kunjungi. 

Tempat ini menawarkan suasana indah dengan keberadaan greenhouse, kantin, gazebo, kolam terapi ikan, rumah kompos, toko rohani, dan bahkan rumah kelinci yang pasti akan menjadi daya tarik bagi anak-anak.

Agrowisata yang ada di area GMBK. (Dokumentasi pribadi)
Agrowisata yang ada di area GMBK. (Dokumentasi pribadi)

Meskipun bernama Gua Maria Bukit Kanada, perlu diingat bahwa tempat ini tidak memiliki afiliasi dengan negara Kanada. "Kanada" adalah singkatan dari Kampung Narimbang Dalam.

Sejarah Gua Maria Bukit Kanada yang didirikan pada tahun 1988 oleh umat paroki Rangkasbitung, dengan bantuan Pimpinan Kongregasi Suster-suster Fransiskan Sukabumi. 

Peletakan batu pertama pada 1 Mei 1988, diikuti dengan penyelesaian gua pada 15 Agustus 1988, memiliki makna tersendiri.

Pemilihan tanggal-tanggal tersebut bukanlah kebetulan. Bulan Mei dalam tradisi Gereja Katolik didedikasikan untuk Bunda Maria.

Tanggal 1 Mei adalah perayaan Santo Yosef Pekerja, yang merupakan perayaan Bunda Maria dan Ayah Yesus Kristus di dunia ini.

Tanggal 15 Agustus, diresmikannya Gua Maria, juga memiliki makna khusus. Hari itu adalah perayaan Bunda Maria Diangkat ke Surga, dan tahun 1988 ditetapkan sebagai Tahun Maria oleh Paus Yohanes Paulus II.

Suasana di Gua Maria Bukit Kanada sangat asri dan menyejukkan, dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun. 

Selama eksplorasi area, saya tidak melihat sampah berserakan, menandakan kesadaran peziarah akan pentingnya menjaga kebersihan. Meski demikian, perhatian lebih diperlukan untuk perbaikan fasilitas di toilet pria. Karena ada beberapa kran wastafel yang rusak dan tidak mengeluarkan air.

Namun secara keseluruhan, Gua Maria Bukit Kanada bukan hanya tempat ziarah rohani yang nyaman, tetapi juga tempat wisata yang baik rohani ataupun rekreasi. 

Saya berharap dapat kembali ke sana di waktu-waktu mendatang. Rupanya, "me time" naik motor ke GMBK juga bisa memberikan pengalaman yang tidak terlupakan.

(*B/A)

Dokumen foto lainnya:

Denah di agrowisata GMBK. (Dokumentasi pribadi)
Denah di agrowisata GMBK. (Dokumentasi pribadi)

Kolam dan terapi ikan di agrowisata GMBK. (Dokumentasi pribadi)
Kolam dan terapi ikan di agrowisata GMBK. (Dokumentasi pribadi)

Rumah kelinci di agrowisata GMBK. (Dokumentasi pribadi)
Rumah kelinci di agrowisata GMBK. (Dokumentasi pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun