Nama wayang saya disesuaikan dengan inisial nama asli saya, BA, dan menjadi Basukarna Adhinata.Â
Basukarna diambil dari nama Karna, Raja Kerajaan Angga yang merupakan saudara sekaligus musuh Arjuna. Karna sendiri memiliki arti "telinga". Sementara itu, Adhinata berarti "yang paling unggul". Saya memaknai nama ini sebagai simbol sosok yang unggul dalam mendengarkan.Â
Melalui nama ini, saya berharap bisa menjadi individu yang lebih peka terhadap suara-suara di sekitar, menjadi pendengar yang ulung, dan meresapi makna dari setiap percakapan.
Namun, keterlibatan saya dalam dunia wayang tidak berhenti pada pemberian nama semata. Sebagai Generasi Z, saya merasa perlu  untuk menyisipkan cerita-cerita dan tokoh-tokoh wayang dalam gaya hidup sehari-hari.Â
Salah satu cara yang saya pilih adalah dengan mengenakan pakaian yang bernuansa karakter atau tokoh pewayangan.
Cara ini bukan hanya sekadar ekspresi gaya pribadi, tetapi juga merupakan bentuk kontribusi saya dalam melestarikan pengetahuan pewayangan dan menciptakan kesadaran publik akan kekayaan budaya ini.Â
Saya percaya bahwa dengan memasukkan unsur-unsur wayang ke dalam gaya hidup sehari-hari, teman-teman sebaya saya akan lebih tertarik dan mudah memahami makna serta filosofi yang terkandung dalam cerita-cerita pewayangan.
Wayang, bagi saya, bukan hanya sebagai warisan budaya Nusantara yang berharga, melainkan juga sebagai khazanah hidup yang mengalir dalam setiap cerita.Â
Ia adalah pusaka yang dapat dihidupkan kembali dalam setiap generasi. Dengan melibatkan diri dalam keberlanjutan pewayangan, saya merasa turut berkontribusi dalam menjaga agar khazanah ini tidak pudar dan tetap relevan dalam perkembangan zaman.
Pelestarian budaya tidak selalu harus dilakukan dengan cara tradisional. Sebagai Generasi Z, saya menyadari bahwa inovasi dan kreativitas diperlukan untuk menjaga agar kekayaan budaya seperti wayang tetap hidup dan diterima oleh generasi muda.Â