Tidak terbayangkan sebelumnya bahwa kegiatan sederhana seperti menggali sumur bor dalam pencarian air bersih bisa membawa risiko besar bagi lingkungan sekitar.Â
Saya teringat dengan dua peristiwa yang baru-baru ini viral di media sosial, di Pasirlaja, Bogor, dan Pamotan, Rembang, yang memberikan konsekuensi tragis dari pencarian air tanah yang mungkin tak sesuai prosedur.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Pengeboran yang dilakukan demi memperoleh sumber air bisa berujung pada hasil yang tidak diinginkan.Â
Apa yang tampak sebagai solusi sederhana dalam mencari air bersih bisa berubah menjadi bencana nyata ketika gas beracun muncul dari sumur yang digali.Â
Hal ini memberikan pemahaman yang dalam bahwa proses ini bukanlah sekadar mencari air, tapi juga melibatkan pemahaman mendalam mengenai tanah, geologi, dan bahaya yang terkandung di dalamnya.
Bagi sebagian orang, penggalian sumur mungkin terlihat sebagai pilihan terbaik di tengah kesulitan mendapatkan air, terutama selama musim kemarau.Â
Namun, kejadian ini menunjukkan pentingnya kehati-hatian ekstra dalam melakukan proses ini.Â
Kita harus lebih berhati-hati dalam memahami kedalaman yang aman untuk mengebor sumur, dan jika tidak menemukan sumber air pada kedalaman tertentu, membuat sumur baru mungkin menjadi opsi yang lebih aman daripada memperdalam sumur yang sudah ada.
Menariknya, permasalahan ini bersamaan dengan perhatian pemerintah dalam menjaga keberlanjutan sumber air tanah.Â
Pada bulan September tahun ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menandatangani Keputusan tentang Standar Penyelenggaraan Persetujuan Penggunaan Air Tanah.Â