Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bagaimana Kompasiana Berperan sebagai Penyembuh Luka Batin dan Kekecewaanku?

21 Oktober 2023   10:47 Diperbarui: 21 Oktober 2023   10:52 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
2 artikel yang membuat saya bersamangat kala itu. (dok. pribadi)

"Satu-satunya hal yang kita ketahui tentang masa depan adalah bahwa masa depan akan berbeda." - Peter Drucker

Awalnya tak pernah terpikirkan bahwa saya akan menulis sejauh ini di Kompasiana. Bagi saya dulu, apalah platform blog Kompasiana yang selama ini hanya dianggap media alternatif apalagi sebagai mahasiswa Jurnalistik. 

Pandangan saya dan gambaran soal impian menulis di media, setidaknya di media arus utama, tampak jauh dari jangkauan.

Tetapi, seperti yang sering kali terjadi dalam hidup, takdir kadangkala membawa kita ke arah yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. 

Pada suatu hari, ketika saya mencari wadah untuk menuangkan pemikiran, cerita, dan pengalaman, saya menemukan rumah ini.

Bukan Kompasiana yang memilih kita sebagai penulis, tetapi kita yang memilih untuk menjadikan Kompasiana sebagai rumah bagi karya-karya kita. 

Begitu juga halnya dengan saya. Namun, ternyata rumah ini tidak hanya menyediakan tempat untuk karya, tetapi juga memberikan kenyamanan dan kesempatan bagi saya untuk terus berkembang.

Saat itu, saya memulai perjalanan ini dari titik terendah saya sebagai seorang mahasiswa. 

Semester itu, saya harus merasakan kekecewaan karena hasil nilai yang saya peroleh, harus mengulang proposal, ada mata kuliah yang harus diulang, ditambah lagi dengan ditinggalnya oleh "doi". Rasanya seperti dibuang oleh kehidupan.

Lebay? Tapi memang itu yang saya rasakan pada saat itu. Saya bersyukur bisa merasakan pahit itu, karena ternyata lewat rasa pahit itu saya menemukan jalan baru.

Di saat-saat yang penuh tantangan itu, saya menemukan jalan untuk berdamai dengan diri sendiri, melalui menulis, menuangkan segala perasaan, gagasan, dan impian dalam bentuk tulisan. 

Dan, Kompasiana ternyata adalah platform yang memungkinkan saya untuk melakukannya. Lalu, bagaimana kisah perjalanan saya

Artikel pertama saya. (dok. pribadi)
Artikel pertama saya. (dok. pribadi)

Artikel berjudul "Subsidi BBM Resmi Dialihkan Dampaknya Harga BBM Subsidi Naik, Simak Rinciannya" adalah tulisan pertama saya di Kompasiana. 

Itu adalah sebuah artikel reportase yang saya buat. Saya tidak tahu mengapa saya memilih topik tersebut, mungkin karena saat itu saya hanya iseng dan ingin mencoba menulis.

Namun, suatu saat, saya merilis sebuah artikel yang mendapat perhatian yang cukup besar. 

2 artikel yang membuat saya bersamangat kala itu. (dok. pribadi)
2 artikel yang membuat saya bersamangat kala itu. (dok. pribadi)

Artikel tersebut adalah "BSD Link Rute Stasiun Cisauk - Aeon Mall BSD". Mungkin, karena itu adalah artikel SEO, dan mendapatkan banyak views, itulah yang membuat semangat saya makin berkobar untuk terus membagikan cerita.

Waktu itu, saya belum menjadikan topik tertentu sebagai fokus utama tulisan saya di Kompasiana. Tapi, beberapa waktu kemudian, saya mulai menulis lebih banyak tentang pengalaman sebagai seorang mahasiswa dan tentang kehidupan perkuliahan.

Saya pun mencoba mengikuti beberapa event di Kompasiana dengan mengikuti berbagai kompetisi menulis. 

Artikel kompetisi pertama yang saya buat berjudul "KKN Kebangsaan 2022: Satu Bulan Mengabdi di Desa Karya Bersama". Artikel itu berisi tentang pengalaman berharga ketika saya menjalani kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

Lewat artikel itu, dengan berbagai tantangan dan perjuangan, berhasil mendapatkan tempat di kompetisi yang saya ikuti. Itu merupakan momen yang sangat membanggakan dan memotivasi saya untuk terus menulis di Kompasiana.

Saya terus bersemangat dan konsisten mengikuti berbagai event dan kompetisi yang diadakan oleh Kompasiana, terutama yang ditujukan untuk pelajar dan mahasiswa, seperti acara KlasMiting.

Hingga pada suatu ketika, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program Kompasiana Youth Creator. Ini adalah program yang menjadi salah satu rangkaian acara Kampusiana. 

Saya awalnya mungkin meremehkan potensi platform ini, tapi kenyataannya, saya telah menemukan banyak pelajaran dan pengalaman berharga di sini.

Quotes di atas, benar-benar mewakili perasaan saya saat ini. Tidak pernah terbayangkan bahwa masa depan saya akan berbeda sejauh ini. 

Kompasiana telah memberikan kesempatan bagi saya untuk tumbuh dan berkembang sebagai penulis, dan saya memilih untuk tetap konsisten di sini, di rumah saya yang baru ini.

Melalui Kompasiana, saya belajar lebih dari sekadar menulis. Saya tidak hanya mengasah kemampuan jurnalistik yang saya pelajari di kampus sebagai mahasiswa jurusan jurnalistik, tetapi juga kreativitas dalam menulis. 

Selain itu, saya telah mendapatkan banyak interaksi dan berkenalan dengan banyak Kompasianer lainnya yang juga menjadi sumber inspirasi bagi saya hingga saat ini.

Banyak dari mereka yang telah memberikan dorongan dan dukungan dalam perjalanan menulis saya di Kompasiana.

Sekarang, Kompasiana telah mencapai usia 15 tahun. Tentu saja, banyak cerita 14 tahun sisanya yang telah saya lewatkan, karena saya baru kurang lebih 1 tahun konsisten menulis di sini. 

Namun, saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk Kompasiana! Saya tahu bahwa tidak ada hadiah istimewa yang bisa saya berikan selain konsistensi menulis selama ini.

Saya mungkin masih merasa seperti anak baru di platform ini, dan mungkin tidak sebanding dengan senior-senior yang telah lama menjalani perjalanan menulis di Kompasiana. Namun, saya percaya bahwa Kompasiana dan kompasianer tidak melihatnya begitu.

Saat melihat para senior yang telah membangun jejak panjang di Kompasiana, awalnya saya merasa minder. Namun kemudian, saya menyadari bahwa perasaan negatif itu hanya akan menghambat perkembangan saya. 

Saya memutuskan untuk terus maju, tanpa peduli apa yang dikatakan orang lain dan apa perasaan saya, karena proses perjalanan yang saya lalui, dengan segala pahit dan manisnya, adalah bagian dari proses menuju kedewasaan diri.

Harapan saya untuk Kompasiana adalah agar platform ini tetap menjadi rumah bagi semua kalangan. 

Semoga Kompasiana terus menjadi wadah bagi para penulis, baik yang telah lama menjalani perjalanan menulis maupun mereka yang baru saja memilih untuk bergabung di sini.

Saya yakin bahwa, seperti pengalaman pribadi saya, Kompasiana mampu memberikan banyak kesempatan, inspirasi, dan pembelajaran bagi semua penulis yang ingin berkembang dalam dunia tulis-menulis. 

Terima kasih Kompasiana, atas semua pengalaman dan pelajaran yang telah saya dapatkan selama perjalanan menulis saya di sini. Semoga Kompasiana terus berkembang dan menjadi rumah bagi banyak penulis di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun