Kepada masyarakat, Yulianto berharap agar kolaborasi ini bukan hanya sebatas kegiatan KKN, tetapi benar-benar dijalankan dengan serius untuk menjadikan produk-produk ini sebagai produk unggulan desa.Â
Saat acara berlangsung, Yulianto sempat memberikan saran yang mengundang gelak tawa para tamu undangan.Â
"Sekarang kan arang briketnya terbuat dari batok kelapa dan sekam padi, nah ke depannya tolong dibuat arang briket dari tulang ikan biar unik," ujarnya dengan senyum.Â
Komentar tersebut mencerminkan semangat kreatifitas dan inovasi yang kami usung.
Menanggapi harapan Yulianto untuk menjadikan produk ini sebagai produk unggulan desa, Renny Rakhmawati R. Badar, Analis Kebijakan Ahli Muda DPMD, memberikan harapan dan dukungan.Â
Ia menyatakan bahwa DPMD siap mendukung pembentukan IKM di desa ini. Kami merasa sangat bersyukur atas dukungan ini, karena hal ini akan membantu kami mengembangkan produk-produk ini lebih lanjut.
Mewakili kelompok kami, Anton Yordan, berbicara tentang keterbatasan yang kami hadapi. Kami belum memiliki data penelitian yang mendalam tentang produk-produk ini.Â
Saat ini, kami hanya dapat membuatnya secara manual karena keterbatasan sumber daya dan waktu yang singkat. Namun, ketika itu kami berencana untuk melakukan uji laboratorium untuk meningkatkan kualitas produk kami.
Kami juga melakukan perbandingan antara arang briket dari batok kelapa dan sekam padi dengan arang biasa dari kayu.Â
Hasilnya cukup mengejutkan. Arang briket batok kelapa memiliki nyala yang lebih kuat dibandingkan dengan arang biasa. Arang briket juga lebih tahan lama. Satu balok ketebalan 2 cm dapat bertahan hingga 2 jam tanpa mengeluarkan api saat dikipas.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya