Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghadapai Budaya Patriarki dengan Cara Menyeimbangkannya

5 Oktober 2023   11:00 Diperbarui: 5 Oktober 2023   11:39 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cawapres perempuan. (magdalene.co/Jasmine Floretta V.D)

Kenapa tidak memilih diksi "menghilangkan" budaya patriarki? Apakah karena penulis adalah seorang laki-laki, maka penulis membela budaya patriarki? Tidak! Konteks tulisan ini bukan untuk membela budaya patriarki, ini adalah masalah sudut pandang bahasa yang menurut saya salah atau terlalu arogan.

Konteks "menghilangkan" terkesan terlalu arogan dan seakan-akan seseorang memiliki kontrol penuh untuk memusnahkannya. Padahal menghialngkan suatu kebiasaan yang sudah terbentuk selama berabad-abad rasanya tak segampang itu.

Konteks "menyeimbangkan" di sini menurut saya akan lebih bijak: Kesadaran laki-laki untuk menurunkan ego dan memberi kesempatan disertai dengan momentum perempuan untuk mengambil bagian.

Begini..

Pada era sekarang, perdebatan seputar kesetaraan gender telah menjadi salah satu topik yang hangat diperbincangkan di seluruh dunia. Upaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, di mana gender tidak lagi menjadi penentu hak, peluang, atau peran dalam kehidupan, telah mendominasi agenda sosial dan politik. 

Namun, dalam perjalanan menuju kesetaraan ini, seringkali kita mendengar argumen bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan "menghilangkan" budaya patriarki.

Pertanyaan mendasar muncul, 

Apakah menghilangkan budaya patriarki adalah satu-satunya jalan yang benar untuk mencapai kesetaraan gender yang sejati? Sudahkah kita mempertimbangkan implikasi dari kata "menghilangkan" itu sendiri?

Sebagian besar argumen yang telah terbentuk selama ini berkisar pada upaya untuk menghapus sistem nilai dan norma yang telah tumbuh kuat selama berabad-abad, sistem yang mendominasi hampir setiap aspek kehidupan kita. 

Namun, apakah benar-benar memungkinkan untuk menghapus budaya patriarki dari masyarakat, terutama ketika kita menyadari bahwa dunia ini akan selalu dihuni oleh laki-laki yang, entah suka atau tidak, juga merupakan produk dari budaya ini?

Mengatakan bahwa kita harus "menghilangkan" patriarki terkesan terlalu arogan. Ini bukan hanya tugas yang sangat sulit, tetapi juga mungkin tidak mungkin dilakukan sepenuhnya. 

Kita tidak bisa mengubah sejarah atau menghapus jejak budaya patriarki dengan sekali sentuhan ajaib. Hal ini dapat menyebabkan perdebatan yang memicu pertentangan, dengan sebagian orang merasa terancam atau meresahkan.

Sebenarnya, jika tujuan awalnya adalah tentang kesetaraan, mungkin kita harus mempertimbangkan untuk menggunakan bahasa yang lebih bijak dan mendekati masalah ini dari sudut pandang yang berbeda. 

Alih-alih mencoba "menghilangkan" budaya patriarki, kita dapat mencoba untuk "menyeimbangkannya". Konsep menyeimbangkan budaya patriarki tidak hanya lebih realistis, tetapi juga lebih inklusif.

Dalam konteks ini, menyeimbangkan budaya patriarki berarti menciptakan ruang untuk berbagai jenis identitas gender dan memungkinkan individu, tanpa memandang jenis kelamin mereka, untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat. 

Ini bukan hanya tentang mengganti satu sistem dominasi dengan yang lain, tetapi tentang menciptakan sistem yang mengakui dan memanfaatkan keunikan serta kekuatan yang dimiliki oleh semua individu, terlepas dari gender mereka.

Dengan mempertimbangkan pendekatan ini, kita mungkin dapat merangkul perubahan yang lebih harmonis, menghindari konflik yang tidak perlu, dan mencapai masyarakat yang lebih inklusif dan setara untuk semua.

Budaya Patriarki Menghambat Sosok Perempuan dalam Politik?

Ilustrasi cawapres perempuan. (magdalene.co/Jasmine Floretta V.D)
Ilustrasi cawapres perempuan. (magdalene.co/Jasmine Floretta V.D)

Budaya patriarki yang masih berlaku dalam politik Indonesia telah menjadi hambatan nyata bagi perempuan yang bermimpi untuk menjadi wakil presiden. 

Menurut Profesor Asrinaldi, seorang pakar politik dari Universitas Andalas, budaya ini terus memengaruhi peran dan posisi tawar perempuan dalam penentuan calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden tahun 2024.

Dalam pandangan Prof. Asrinaldi, budaya patriarki ini tercermin dalam pola pikir masyarakat yang cenderung memprioritaskan calon laki-laki daripada perempuan dalam politik. 

Sebagai contoh, jika terdapat pasangan calon di mana seorang laki-laki (seperti Prabowo Subianto) berpasangan dengan seorang perempuan (seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa), pemilih seringkali lebih cenderung memilih calon laki-laki dalam pemilihan elektoral.

Misalnya, jika terdapat pasangan alternatif di mana seorang laki-laki (seperti Sandiaga Uno) berpasangan dengan seorang laki-laki lainnya (seperti Menteri BUMN Erick Thohir), maka budaya patriarki ini mengakibatkan pemilih lebih condong memilih duet dua menteri tersebut.

Prof. Asrinaldi juga mencatat bahwa pemilih perempuan pun belum tentu memberikan suaranya kepada seorang perempuan sebagai cawapres, sebagian besar karena pengaruh budaya patriarki yang telah tertanam dalam masyarakat. 

Kondisi ini menciptakan dinamika politik yang semakin kompleks, di mana alternatif pasangan (laki-laki dan perempuan) menjadi semacam pertaruhan yang dipengaruhi oleh budaya patriarki yang masih kuat.

Selain budaya patriarki, faktor lain yang memengaruhi kemungkinan seorang perempuan menjadi wakil presiden adalah minimnya tokoh perempuan yang memiliki elektabilitas tinggi dalam politik Indonesia. Hal ini mempengaruhi kursi cawapres yang akan diisi pada Pemilihan Presiden 2024.

Dalam konteks pendaftaran bakal calon Presiden dan wakil Presiden, persyaratan partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan pasangan calon adalah memiliki kursi minimal 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya. Dengan 575 kursi di parlemen, pasangan calon harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI.

Untuk mengatasi hambatan ini, perlu dilakukan upaya serius untuk mengubah budaya patriarki dalam politik dan meningkatkan elektabilitas tokoh perempuan. 

Ini dapat dilakukan dengan kampanye edukasi, pembangunan kesadaran gender, dan dukungan aktif dari partai politik untuk memajukan perempuan dalam politik. 

Dengan demikian, kita dapat berharap agar perempuan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengambil peran penting dalam politik Indonesia di masa depan.

Alasan Budaya Patriarki Harus Diseimbangkan

Kesetaraan gender bukanlah sekadar konsep kosong, melainkan prinsip mendasar yang perlu ditegakkan dalam masyarakat yang beradab. 

Untuk mencapai kesetaraan gender yang sejati, penting untuk mengenali dan mengatasi budaya patriarki yang telah membentuk dan memengaruhi masyarakat selama berabad-abad. 

Namun, kita tidak harus terlalu terburu-buru untuk menghapus budaya ini secara kasar. Sebaliknya, kita dapat mencari cara untuk menyeimbangkan budaya patriarki dengan alasan-alasan berikut:

1. Kesetaraan Gender: 

Menyeimbangkan budaya patriarki adalah fondasi penting untuk mencapai kesetaraan gender yang sejati. Ini berarti memberikan setiap individu, tanpa memandang jenis kelaminnya, hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik.

Di banyak negara, perempuan masih menghadapi hambatan dalam akses ke pendidikan tinggi dan peluang pekerjaan yang setara. Dengan menyeimbangkan budaya patriarki, perempuan akan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi dalam berbagai bidang.

2. Mendorong Potensi Penuh:

Ketika kita membebaskan diri dari stereotip gender dan peran tradisional, semua orang memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka sepenuhnya, menghasilkan masyarakat yang lebih produktif dan inovatif.

Di berbagai profesi, ada stereotip yang menghambat pria atau perempuan untuk memilih karier tertentu. Dengan menyeimbangkan budaya patriarki, individu dapat lebih bebas memilih dan meraih keberhasilan di bidang yang mereka minati.

3. Mengurangi Kekerasan dan Diskriminasi: 

Budaya patriarki seringkali berkontribusi pada kasus kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Dengan menyeimbangkan budaya ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan inklusif bagi semua orang.

Kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual adalah masalah yang masih melanda banyak masyarakat. Dengan menyeimbangkan budaya patriarki, kita dapat mengubah pandangan dan sikap yang mendukung tindakan kekerasan.

4. Keadilan dalam Keputusan: 

Keadilan gender adalah prinsip dasar dalam menghilangkan budaya patriarki. Berarti, bahwa setiap individu memiliki peluang yang sama untuk membuat keputusan dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk rumah tangga, karier, dan masyarakat.

Dalam struktur rumah tangga tradisional, seringkali laki-laki yang memiliki peran dominan dalam pengambilan keputusan. Dengan menyeimbangkan budaya patriarki, pasangan dapat bersama-sama membuat keputusan yang lebih seimbang.

5. Kemajuan Sosial dan Ekonomi: 

Masyarakat yang menghormati kesetaraan gender dan menyeimbangkan budaya patriarki cenderung lebih maju secara sosial dan ekonomi. Ini karena potensi penuh semua individu digunakan untuk mencapai tujuan bersama.

Negara-negara yang menerapkan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dalam pekerjaan dan politik seringkali memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan tingkat kemiskinan yang lebih rendah.

6. Perubahan Norma Sosial: 

Dengan menyeimbangkan budaya patriarki, kita dapat membentuk norma sosial yang lebih inklusif dan mendukung. Ini memungkinkan generasi mendatang untuk tumbuh dalam lingkungan yang lebih seimbang.

Ketika tokoh-tokoh publik dan media memberikan contoh yang positif tentang kesetaraan gender, hal ini dapat merubah pandangan masyarakat secara keseluruhan tentang peran dan kemampuan laki-laki dan perempuan.

7. Dampak Positif pada Kesehatan Mental dan Emosional: 

Mengurangi tekanan peran gender yang ketat dapat memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan emosional individu. Ini memungkinkan mereka untuk hidup lebih bebas dan autentik.

Individu yang tidak merasa terikat oleh ekspektasi tradisional mengenai jenis kelamin mereka dapat mengalami tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan yang lebih tinggi.

Kita perlu mengakui bahwa menghilangkan budaya patriarki adalah hal sulit, pendekatan yang lebih bijak adalah dengan menyeimbangkannya. 

Dengan cara ini, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan produktif bagi semua individu, tanpa menimbulkan ketegangan yang tidak perlu dalam proses perubahan ini.

Harus Mulai dari Mana?

Untuk mencapai tujuan menyeimbangkan kondisi gender dalam masyarakat, langkah pertama yang harus diambil adalah kesadaran dan pengakuan terhadap ketidakseimbangan yang ada. 

Hal ini mencakup pemahaman bahwa budaya patriarki telah membentuk cara kita memandang dan berinteraksi dengan gender dalam berbagai aspek kehidupan. Kesadaran ini adalah fondasi penting, karena tanpa pemahaman yang mendalam tentang masalah ini, sulit untuk mengambil tindakan yang tepat.

Setelah kesadaran terbentuk, langkah selanjutnya adalah mendukung perubahan sosial dan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender. Hal ini dapat melibatkan partisipasi dalam kampanye sosial, memilih pemimpin yang berkomitmen pada isu-isu kesetaraan gender, dan mendukung organisasi yang bekerja untuk menciptakan lingkungan yang lebih seimbang.

Pendidikan juga memainkan peran penting dalam menyeimbangkan kondisi gender. Melalui pendidikan yang inklusif dan mendidik, kita dapat mengubah pandangan anak-anak dan generasi mendatang tentang peran gender. Sekolah dan lembaga pendidikan harus menjadi tempat di mana nilai-nilai kesetaraan ditegakkan, dan stereotype gender ditanggulangi.

Selain itu, kita perlu berbicara secara terbuka tentang isu-isu gender. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu mengatasi prasangka dan stereotip yang masih ada dalam masyarakat. Hal ini juga memberikan ruang bagi individu untuk berbagi pengalaman mereka dan memahami dampak budaya patriarki pada kehidupan sehari-hari.

Selain langkah-langkah di atas, penting untuk mengedepankan kesadaran laki-laki dalam perubahan ini. Laki-laki juga harus terlibat aktif dalam perjuangan untuk kesetaraan gender, karena mereka juga dapat menjadi agen perubahan yang kuat dalam mengubah norma sosial yang ada.

Terakhir, menyeimbangkan kondisi gender juga melibatkan penghapusan hambatan-hambatan praktis yang menghalangi kesetaraan. Ini termasuk pemberian akses yang sama terhadap pekerjaan, layanan kesehatan, pendidikan, dan peluang politik. 

Kebijakan yang mendukung cuti parental, pengasuhan anak yang berbagi, dan perubahan dalam struktur pekerjaan juga dapat membantu menciptakan kesetaraan yang lebih besar di tempat kerja.

Penutup

Dalam perjalanan menuju kesetaraan gender, kita harus selalu mengingat bahwa menghilangkan budaya patriarki bukanlah tujuan akhir yang mutlak. 

Sebaliknya, kita harus berupaya untuk menyeimbangkan budaya ini dengan cara yang bijak dan inklusif. Kesetaraan gender adalah tentang memberikan hak dan peluang yang sama bagi setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin mereka, untuk mencapai potensi penuh mereka dalam berbagai aspek kehidupan. 

Untuk mencapai visi ini, kita harus terus mendidik, membangun kesadaran, dan bekerja sama dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara untuk semua. 

Dengan cara ini, kita dapat merangkul perubahan yang harmonis, mengurangi konflik yang tidak perlu, dan mencapai masyarakat yang lebih baik, di mana setiap orang memiliki peran yang setara dalam membentuk masa depan yang lebih cerah.

Note:

Kalau ada tanggapan dan argumen menarik lainnya, kamu bisa coba gunakan fitur "Tanggapi dengan Artikel" di akhir tulisan ini yang terletak di bawah kolom 'Tag'.

Ref:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun